BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkecambahan
adalah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio pada tumbuhan.Khususnya
tumbuhan berbiji (dikotil dan monokotil). Dalam tahap ini, embrio didalam biji
yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis
yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal
sebagai kecambah.
Perkecambahan
adalah proses pertumbuhan dan perkembangan embrio pada tumbuhan. Perkecambahan
merupakan permulaan atau awal pertumbuhan embrio di dalam biji. Biji yang
berkecambah dapat membentuk plumula karena di dalamnya mengandung embrio.
Embrio mempunyai 3 bagian, yaitu radikula (akar lembaga), kotiledon (daun
lembaga), dan kaulikalus (batang lembaga).
Pertumbuhan
dan perkecambahan benih dimulai dari perkecambahan yaitu munculnya plantula
(tanaman kecil dari biji). Apabila ditempatkan pada lingkungan yang menunjang
dan memadai maka tanaman tersebut akan berkecambah. Benih sering disamaartikan
dengan biji. Namun, secara fungsionalterdapat perbedaan yang mendasar antar
benih dan biji yaitu benih berfungsisebagai alat perbanyakan generatif,
sedangkan biji berfungsi untuk sebagai bahan makanan. Benih adalah cikal bakal
suatau tumbuhan yang memiliki ciri atau sifat seperti induknya. Benih memiliki
bentuk, ukuran maupun struktur yang beragam. Benih seharusnya memiliki kualitas
yang baik agar tanaman yang baru didapat berupa tanaman yang sehat.
Benih adalah salah satu bagian yang
kecil dari tanaman. Tetapi meskipun begitu, benih memiliki peran besar bagi
tumbuhan. Tanpa adanya benih, kehidupan suatu tumbuhan tidak akan berlangsung.
Benih merupakan bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet
jantan dengan sel gamet betina. Jika digunakan bukan untuk perbanyakan, maka
disebut sebagai biji. Jadi secara fungsional, benih adalah bagian dari tanaman
yang digunakan untuk perbanyakan, sedangkan secara struktural benih diartikan
sebagai bagian dari tanaman yang berasal dari peleburan inti sel gamet jantan
dengan sel gamet betina (pembuahan).
Benih dapat
berkembang melalui suatu proses yang dinamakan perkecambahan. Secara
fisiologis, perkecambahan benih adalah dimulainya lagi proses metabolisme yang
tertunda serta berlangsungnya transkripsi genom. Proses ini dipengaruhi oleh
faktor genetik dan lingkungan tempat benih itu berada.
Biji dibagi menjadi
dua, yaitu dikotil dan monokotil. Biji Dikotil adalah biji yang mempunyai dua
kotiledon. Kotiledon atau keping biji merupakan cadangan makanan untuk
pertumbuhan embrio hingga mencapai terbentuknya daun, karena embrio tersebut
belum menghasilkan makanan sendiri melalui fotosintesis.Kacang Tanah merupakan
Biji Dikotil karena jika dibelah maka akan terdapat dua kotiledon dan mempunyai
testa. Biji Monokotil adalah keping biji atau kotiledon. Pada Biji Dikotil
terdapat dua keping sedangkan Biji Monokotil terdapat satu keping.
Perbedaan
Perkecambahan Dikotil dengan Monokotil yaitu perkecambahan dikoti keping biji atau kotiledon
mengalami pembelahan sehingga testa mengelupas. Kacang Tanah mengalami
perkecambahan epigeal yakni pertumbuhan memanjang yang mengakibatkan kotiledon
dan plumula sampai keluar ke permukaan tanah, sehingga kotiledon terdapat di
atas tanah.Bagian-bagian dari perkecambahan Dikotil yakni dengan adanya
hipokotil yaitu bagian bawah pangkal (aksis) yang melekat pada kotiledon,
bagian ujung (terminal) disebut radikula. Bagian atas pangkal adalah epikotil
dan bagian ujungnya adalah plumula yang terlihat sepasang daun dengan pucuknya.
Perkecambahan Dikotil memiliki akar tunggal.
Pada
perkecambahan Monokotil biji tidak mengalami pembelahan. Jagung mengalami
Perkecambahan Hipogeal yakni pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga menyebabkan
plumula keluar dan menembus pada bijinya yang nantinya akan muncul di atas
tanah, sedangkan kotiledonnya masih tetap berada di dalam tanah. Pada saat
terjadi proses perkecambahan, akar akan diselubungi oleh koleoriza dan pada
ujung embrio diselubungi koleoptil. Perkecambahan Monokotil memiliki akar
serabut.
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui struktur kecambah dua macam jenis benih dan mengatahui
keragaan perkecambahannya.
2. Untuk
melatih mahasiswa agar dapat melakukan uji kekuatan tumbuh (vigor) bibit dan
memahami relevansi uji kedalaman tanam.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan adalah awal mula pertumbuhan embrio di
dalam biji setelah melalui proses dormansi. Masa dormansi ialah dimana biji
tidak beraktivitas apapun dan biji sedang beristirahat. Perkecambahan dimulai
saat air sudah bisa mulai masuk ke dalam biji melalui proses imbibisi (TIM
Matrix Media Litera, 2006). Imbisisi
adalah proses penyerapan air pada biji. Kelompok tumbuhan berbiji
menghasilkan biji yang merupakan propagul untuk tumbuh menjadi individu baru.
Di dalam biji tersebut terdapat berbagai komposisi kimia yang berperan sebagai
embrio yang dapat aktif tumbuh menjadi individu baru apabila berada pada
kondisi lingkungan yang sesuai. (Mudiana, 2007). Kondisi lingkungan yang sesuai
adalah dimana air, udara, cahaya dan
panas tercukupi oleh perkecambahan tersebut. Menurut Handerson dan
Miller dalam Krisnawati dan Adie
(2008), Kulit biji berperan dalam menentukan derajat dan kecepatan imbibisi
air. Jumlah air yang diserap benih menentukan kecepatan berkecambah benih.
Proses penyerapan air pada benih adalah proses
fisika murni akan tetapi merupakan awal dari perkecambahan, kemudian diikuti
proses metabolisme dalam benih sehingga embrio tumbuh menjadi kecambah dan
selanjutnya tumbuh menjadi bibit ,Mayer dan Poljakof, 1982 dan Bewley Black,
1994 dalam Siregar (2010). Masuknya
air ke dalam biji menandakan bahwa masa dormansi biji sudah berakhir (TIM
Matrix Media Litera, 2006). Biji merupakan perkembangan dari bakal biji. Kulit
biji melindungi endosperm dan embrio yang ada di sebelah dalamnya (Furqonita
dan Biomed, 2007).
Tanaman menyimpan
makanannya di dalam kotiledon. Menurut
Firmansyah,dkk (2007) Saat biji berkecambah, bakal akar yang terbentuk disebut
radikula. Berdasarkan letak dari kotiledon berdasarkan pada letak perkecambahan
dibagi menjadi dua, yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal. Menurut
Susilowarno,dkk (2007) perkecambahan tipe epigeal adalah perkecambahan yang
ditandai dengan terangkatnya kotiledon ke atas permukaan tanah sedangkan
perkecambahan tipe hipogeal adalah perkecambahan dimana kotiledon tidak dapat
terangkat ke atas permukaan tanah. Semakin padat suatu tanah maka akan
semakin sulit pertumbuhan benih dan
proses perkecambahan pada tanah tersebut (Haridjaja, dkk, 2010). Kriteria
rata-rata biji berkecambah normal adalah apabila persentase perkecambahan
minimal 50%. Suhu minimum perkecambahan adalah suhu terendah yang persentase
perkecambahannya minimal 50%. Suhu optimum perkecambahan adalah suhu yang
menghasilkan persentase perkecambahan minimal 50% dalam waktu yang tercepat
(Sutarno dan Utami, 2007).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum pembiakan tanaman pada acara 1, yaitu
tentang struktur pertumbuhan bibit dan uji kedalaman dilaksanakan pada hari
Kamis,14 Maret 2012, di laboratorium teknologi benih, Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Alat
1. Bak pengecambah
2. Penggaris
3. Hand sprayer penyemprot air
3.2.2
Bahan
1. Benih monokotil (padi atau jagung)
2. Benih dikotil (kakao atau kacang
tanah)
3. Substrat tanah dan pasir
3.3
Cara Kerja
1. Membuat
media tanam berupa campuran tanah top
soil dan pasir perbandingan 1:1, kemudian membersihkan dan mengayaknya dengan
halus
2. Memasukkan
campuran media tanam ke dalam bak kecambah hingga ½ - ²/3 tinggi bak
(untuk kedalaman, 2,5 cm – 7,5 cm) menyiram sampai kelembaban dan secukupnya
3. Menanam
20-25 butir benih monokotil (jagung atau padi) sebanyaj 20-25 benih dikotil
(kedelai atau kacang tanah) dengan kedalaman2,5 cm, 5 cm, dan 7,5 cm dalam tiga
ulangan.
4. Menutup
benih yang telah ditanam dengan campuran tanah lembab yang sama tinggi kedalaman
tanam
5. Menanam
satu jenis benih dengan kedalaman tertentu (sesuai perlakuan) setiap 3 jalur
(ulangan) pada setiap bak. Menjaga kelembaban substrat setiap saat.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Perlakuan
|
rata-rata
tinggi kecambah jagung
|
||
ulangan
1
|
ulangan
2
|
ulangan
3
|
|
2,5
cm
|
24
|
23,25
|
20
|
5
cm
|
23
|
22,25
|
23,5
|
7,5
cm
|
19,2
|
22,4
|
24,25
|
Perlakuan
|
rata-rata
tinggi kecambah kacang tanah
|
||
ulangan
1
|
ulangan
2
|
ulangan
3
|
|
2,5
cm
|
9,5
|
10,25
|
12,5
|
5
cm
|
16
|
14,25
|
13,75
|
7,5
cm
|
19,15
|
22,4
|
21,25
|
Perlakuan
|
rata-rata panjang akar
jagung
|
||
ulangan 1
|
ulangan 2
|
ulangan 3
|
|
2,5 cm
|
4,2
|
5,25
|
10,85
|
5 cm
|
12
|
16,75
|
6,75
|
7,5 cm
|
7,4
|
10,5
|
8,6
|
Perlakuan
|
rata-rata panjang akar
kacang tanah
|
||
ulangan 1
|
ulangan 2
|
ulangan 3
|
|
2,5 cm
|
7
|
6,75
|
4,5
|
5 cm
|
7,25
|
6,75
|
6,75
|
7,5 cm
|
13,15
|
12,65
|
10,95
|
Perlakuan
|
rata-rata presentase vigor
bibit jagung (%)
|
||
ulangan 1
|
ulangan 2
|
ulangan 3
|
|
2,5 cm
|
90
|
100
|
100
|
5 cm
|
80
|
70
|
90
|
7,5 cm
|
100
|
100
|
90
|
Perlakuan
|
rata-rata presentase vigor
bibitkacang tanah (%)
|
||
ulangan 1
|
ulangan 2
|
ulangan 3
|
|
2,5 cm
|
60
|
30
|
90
|
5 cm
|
30
|
40
|
40
|
7,5 cm
|
40
|
50
|
60
|
4.2
Pembahasan
Vigor
benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi
kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu
ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih untuk tumbuh
secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana
produksi secara maksimal sebelum panen. Juga dalam memanfaatkan unsur sinar
matahari khususnya selama periode pengisian dan pemasakan biji.
Kekuatan tumbuh jagung pada
kedalaman 2,5 cm benih jagung lebih banyak tumbuh daripada kedalaman 5 cm dan
pada kedalaman 7,5 cm. Hal tersebut menunnjukkan kekuatan tumbuh benih jagung
akan berkurang jika ditanam lebih dalam. Sedangkan pada kacang tanah diperoleh
hasil bahwa pada kedalaman 7,5 cm benih kacang lebih banyak tumbuh dari pada
kedalaman 2,5 cm dan pada kedalaman 5 cm. Hal tersebut menunjukkan semakin
dangkal maka kekuatan tumbuh kacang tanah akan semakin berkurang.
Dari
hasil praktikum uji kedalaman tanam diketahui bahwa pada penanaman benih jagung
maupun benih kacang tanah menunjukan bahwa kedalaman 2,5 cm pada tanaman jagung
lebih baik dari pada kedalaman 5 cm dan 7,5 cm. Dari data hasil kedalaman 2,5
memiliki tingkat keberhasilan lebih besar yang menunjukkan peningkatan dari jarak
tanam yang lebih dalam. Sedangkan pada tanaman kacang tanah kedalaman ideal
adalah 7,5 cm, hal tersebut ditunjukkan oleh hasil praktikum yang menunjukkan
bahwa pada kedalaman 7,5 cm persentase keberhasilan lebih tinggi di bandingkan
2,5 cm dan 5 cm dan data menunjukkan semakin dangkal penanaman semakin kecil
prosentase keberhasilan. Hal ini menunjukan bahwa suatu kedalaman tanam sangat
mempengaruhi pertumbuhan benih, pengaruh tersebut berkaitan dengan vigor benih.
Benih jagung memiliki kedalaman lebih rendah jika dibandingkan dengan benih
kacang tanah, hal tersebut menunjukkan biji kacang tanah memiliki vigor dan
kedalaman taanam lebih tinggi dibandingkan dengan benih jagung
Biji adalah alat
reproduksi, penyebaran, dan kelangsungan hidup suatu tumbuhan. Selain itu, bagi
tumbuhan berbiji, biji merupakan awal dari kehidupan tumbuhan baru di luar induknya.
struktur biji tanaman monokotil,
misalnya jagung terdiri atas:
1. Kulit
biji
2. Plumula
Plumula merupakan kuncup primer pucuk batang lembaga
.Pada biji tanaman dikotil maupun monokotil, plumula merupakan poros embrio
yang tumbuh ke atas yang selanjutnya akan tumbuh menjadi daun pertama,
3. Radikula
Radikula adalah poros embrio yang tumbuh
ke bawah dan akan menjadi akar primer.
4. Koleoriza
Koleoriza, adalah bagian yang menyelubungi akar.
koleoriza yang berfungsi melindungi radikula.
5. Skutelum
dan koleoptil
Kotiledon
mengalami modifikasi menjadi skutelum dan koleoptil. Skutelum
berfungsi sebagai alat penyerap makanan yang terdapat di dalam endosperma. cadangan
makanan yang di dalamnya terdapat pati, protein dan beberapa jenis enzim. Sedangkan
koleoptil berfungsi melindungi plumula.
6.
Endosperma
Endosperma adalah jaringan yang mengelilingi embrio. Endosperm
sendiri berasal dari inti kandung lembaga sel (central cell) yang dibuahi oleh
gamet jantan. dan terdapat di kotiledon yang mengandung cadangan
makanan
7. Embryonic
axis, adalah bagian bawah/pangkal embrio
8. Hipokotil,
adalah bagian bawah embryonic axis yang melekat pada kotiledon.
9. Epikotil,
adalah bagian atas embryonic axis yang melekat pada kotiledon
10. Embrio
(bakal tumbuhan)
Pada
praktikum ini uji kedalaman tanam tergolong kedalam uji kekuatan tumbuh benih
dengan lingkungan sub optimal. Pada uji kedalaman pda praktikum ini akan
menggunakan substrat tanah atau pasir dengan kedalaman tanah tertentu. Secara
umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan
lingkungan yang sub optimal. Yang dimaksud dengan kemampuan tumbuh secara
normal yaitu dimana perkecambahan benih tersebut menunjukkan kemampuan untuk
tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman yang baik dan normal pada
lingkungan yang telah disediakan yang sesuai bagi kepentingan pertumbuhan dan
perkembangannya.
Benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya
kemunduran yang cepat selama penyimpanan benih, makin sempitnya keadaan
lingkungan dimana benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih menurun,
kepekaan akan serangan hama dan penyakit meningkat, meningkatnya jumlah
kecambah abnormal dan rendahnya produksi tanaman. Pada umumnya uji vigor benih hanya
sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati
seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi
misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena
diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya
produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan
mikrobia.
Keefisianan
kedalaman tanam suatu tanaman pasti berbeda beda, dari data pengamatan
kedalaman tanam yang paling efisien adalah kedalaman tanam yang menggunakan 2,5
cm. Hal ini dikarenakan biji akan mudah menembus tanah karena lapisan tanah
tidak terlalu dalam. Berbeda dengan 5 cm bahkan 7,5 cm yang tekanan tanah
terhadap benih tinggi sehingga benih banyak yang tidak mampu menembus sampai
permukaan tanah, padahal benih sangat membutuhkan cahaya matahari sebagai
sumber energi yang akan dibutuhkan untuk proses fotosintesis.
Adapun faktor eksternal atau
lingkungan ideal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan benih antar lain
cahaya, oksigen, suhu dan tekanan partikel tanah atau keadaan media. Setiap
factor lingkungan tersebut memiliki pengaruh dan fungsi tersendiri dalam
perkembangan binih antara lain yaitu
a. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya
berfariasi tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahanya
terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya.
Pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu
golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk
mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat
perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat
gelap maupun ada cahaya.
b. Oksigen
Terbatasnya
oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih Menurut
Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29
persen oksigen dan 0.03 persen CO2. Faktor
ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem.
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai
dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi
panas. Kekurangan cahaya pada tumbuhan
berakibat pada terganggunya proses metabolisme yang berimplikasi pada
tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat.
c)
Media atau tekanan partikel tanah
Tanah atau media yang dapat meningkatkan produksi benih adalah
madia yang subur. Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki
sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Sehingga media tersebut bukanlah media yang
asam maupun basa, memiliki drainase baik agar terhindar dari rendaman air
tetapi cukup menyimpan air agar tidak kekeringan.
Uji kedalaman
tanam tergantung pada jenis tanah, kelembapan dan suhu. Pada kondisi penanaman
yang baik kedalaman ideal adalah 5 cm. Agar dapat berkecambah dengan baik,
setelah benih ditaburkan, benih ditekan-tekan. (Kramer, 1969 ). Pengaruh
perkecambahan terhadap pertumbuhan benih jagung dan benih kacang tanah
menujukan bahwa benih kacang tanah lebih bertoleransi terhadap kedalaman tanam
yang diperlakukan hal ini dibuktikan adanya benih kacang tanah yang tumbuh
sampai kedalaman 7,5 cm. Pada benih jagung yang dimana jagung lebih peka
terhadap perlakuan kedalaman tanam, pada jagung menunjukan jika ditanam pada
kedalaman 7,5 cm bahkan pada kedalaman 5 cm jagung lebih sulit untuk tumbuh daripada
kedalaman 2,5 cm.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari
hasil praktikum uji kedalaman tanam diketahui bahwa pada penanaman benih jagung
pada kedalaman tanam yang menunjukan bahwa kedalaman 2,5 cm lebih baik daripada
kedalaman 5 cm dan 7,5 cm, sedangkan pada kacang tanah kedalaman 7,5 cm lebih
baik daripada kedalaman 2,5 cm dan 5 cm.
5.2 Saran
5.2 Saran
Pengukuran
tinggi tanaman dilakukan secara teliti agar data yang diperoleh lebih akurat.
Selain itu cara kerjanya harus teliti agar mendapatkan data yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Furqonita,
D dan M. Biomed. 2007. Seri Ipa Biologi 2
SMP Kelas VII. Yogyakarta: Yudhistira
Haridjaja,
O, dkk. 2010. Pengaruh isi bobot tanah terhadap sifat fisik tanah dan
perkecambahan benih kacang tanah dan Kedelai. Ilmu pertanian Indonesia , 15(3) : 147-152
Krisnawati,
A dan M.M Adie. 2008. Ragam Karakter
Morfologi Kulit Biji Beberapa Genotip Plasma Nutfah Kedelai. Platma Nutfah, 14(1): 14-18
Mudiana, D.
2007. Perkecambahan Syzygium cumini (L.)
Skeels. Germination of Syzygium cumini (L.) Skeels.. B iodiversitas, 8 (1): 39-42
Siregar, N.
2010. Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit
Gmelina (Gmelina arborea Linn).
Tekno Hutan Tanaman, 3 (1): 1 – 5
Susilowarno, dkk. 2007. Biologi Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakrta :
Grasindo
Sutarno,
H dan Ning, W.U. 2007. Suhu Cardinal Perkecambahan Biji Brucea javanica (L.) Merr. Dan Respon Fisiologi Pengeringan
Bijinya. Biodiversitas, 8(2): 138-140
Tim
Matrix Media, 2006. Biologi SMP Kelas
VIII. Jakarta : Grasindo
No comments:
Post a Comment