UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
LAPORANPRAKTIKUM
NAMA : JENI
WIDYA R
NIM :121510501018
GOL/KELOMPOK : KAMIS/I
ANGGOTA : 1. YENI MAYANG
SARI (121510501011)
2. IMRON ROSYIDI (121510501022)
3. IRA SULISTIANA (121510501024)
4. NOVITA F.M (121510501001)
5. MUHAMAD NUNALIF (121510501178)
6. ADY SHOLIHIN (121510501013)
7. JENI WIDYA R (121510501018)
8. RIZKY AMRILLAH (121510501015)
JUDUL ACARA : PEMBIAKAN TANAMAN DENGAN
CARA STEK (CUTTAGE)
TANGGAL PRAKTIKUM : 7 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN : 11 APRIL 2013
ASISTEN : 1. AKHMAD TAUFIQUL HAFIZH
2. LARAS SEKAR ARUM
3. MANUEL EDISON ANO
4. RAAF LUQMAN SYAH
5. DIYAH AYU SETYORINI
6. NOVITA FRIDA SAFATA
7. OKTAVIA RIZKI SETIYA R
8. MOCH GUFRON ARIF R
9. ALMANSYAH NUR SINATRYA
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembiakan tanaman ada
dua yaitu generatif dan vegetatif. Pembiakan secara aseksual merupakan dasar
pembiakan vegetatif, dimana terlihat kesanggupan tanaman membentuk kembali
jaringan-jaringan dan bagian-bagian lain. Pada sebagian tanaman, pembiakan
vegetatif merupakan proses alamiah yang sempurna atau merupakan suatu proses
buatan manusia.
Untuk memperoleh bibit
yang unggul sebaiknya perbanyakan dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif.
Hal ini disebabkan pada pembiakan vegetatif akan diperoleh hasil yang yang
mewarisi seluruh sifat iduk tanaman, sehingga kinerja genotipe unggul yang
terdapat pada pohon induk akan diulangi secara konsisten pada keturunan.
Bermacam-macam cara
pembiakan tanaman secara vegetatif diantaranya adalah memperbanyak tanaman
dengan cara menyetek. Perbanyakan tanaman ini juga diperoleh tanaman baru yang
mempunyai sifat seperti induknya. Antara lain ketahanan terhadap serangan
penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga dan sebagainnya.
Perbanyakan secara
vegetatif adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian
tanaman seperti batang, cabang, ranting, pucuk daun, umbi dan akar, untuk menghasilkan
tanaman yang baru, yang sama dengan induknya. Prinsipnya adalah merangsang
tunas adventif yang ada dibagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi
tanaman sempurna yang memiliki akar, batang, daun, sekaligus.
Pembanyakan secara
vegetatif ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: stek atau cutting,
okulasi, penyambungan, dan cangkok. Perbanyakan stek tidak memerlukan teknis
yang rumit yang dimana dalam perbanyaka tanaman stek ini mempunyai keunggulan
yaitu dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan
tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya
sama dengan induknya.
Menyetek merupakan
salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang memperlakukan beberapa bagian
dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar
organ-organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang
sempurna. Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa
bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian-bagian
tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Perbanyakan dengan stek umumnya
dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang, namun pada
beberapa tanaman seperti Sansiveira sp.
dalam kondisi terkontrol dapat dilakukan. Menyetek bertujuan untuk mendapatkan
tanaman yang sempurna dengan akar, batang dan daun dalam waktu relative singkat
serta memiliki sifat yang serupa dengan induknya, serta dipergunakan untuk
mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta mempercepat
perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai kemampuan yang berbeda-beda
dalam pembentukan akar meskipun setek dalam kondisi yang sama.
1.2
Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelaari
cara-cara penyetekan
2. Untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam
terhadap keberhasilan pembentukan sistem perakaran pada stek batang
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pembiakan vegetatif
sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan
duplikat induknya sehingga mempunyai struktur genetik yang sama Na’iem, 2000
(dalam Adinugraha, 2007). Dari satu batang bibit yang telah diketahui kualitas
genetiknya dapat diperbanyak menjadi beberapa batang bibit baru yang memiliki
kualitas yang seragam (Hidayat, 2010)
Reproduksi vegetative secara buatan
adalah terjadinya individu baru(tanaman baru) karena tindakan manusia (Abdullah,
2007). Perbanyakan tanaman dengan stek merupakan cara pembiakan tanaman yang
sederhana, cepat dan tidak memerlukan teknik tertentu (Rukmana, 2012).
Stek adalah reproduksi
vegetative suatu tumbuhan dari potongan batang, daun, daham, atau ranting, yang
kemudian ditanam. Penyetekan adalah suatu
perlakuan atau pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang,
daun, dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang
selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna dalam waktu yang relative cepat
dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya. Pembiakan dengan cara stek ini pada
umumnya dipergunakan mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan
serta mempercepat perbanyakan tanaman (Abdullah, 2007).
Beberapa teknik stek
yang dapat digunakan adalah stek daun, stek batang, dan stek akar (Hidayat dan
Sri, 2009). Peranyakan tanaman dengan cara setek
merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menanam bagian-bagian tertentu dari
tanaman. Bagian tertentu itu bisa berupa pucuk tanaman, akar, atu cabang.
Proses penyetekan tanaman itu sendiri cukup mudah. Kita tinggal memotong
tanaman yang terpilih dengan menggunakan pisau yang tajam untuk menghasilkan
potongan permukaan yang halus. Pemotongan stek bagian ujung sebaiknya berada
beberapa milliliter dari mata tunas. Setek yang baik untuk ditanam harus
berasal dari induk yang sehat. Mutu fisiologis setek yang rendah dapat
mempengaruhi hasil panen karena tingkat kesuburan dan pertumbuhan tidak merata
Rumiati et al., 1998 (dalam Melati
dan Rusmin, 2008)
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum pembiakan tanaman pada acara 5, yaitu
tentang pembiakan vegetatif dengan cara stek (currage) yang dilaksanakan pada hari Kamis,7 Maret 2012, di
laboratorium teknologi benih, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Jember.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Pasir
2. Kompos
3. Arang sekam
4. Polibag
5. Pisau tajam (cutter)
6. Botol semprot
7. Timba
3.2.2
Bahan
1. Tanaman lidah mertua (Sansiveira sp.)
3.3
Cara Kerja
1. Menyiapkan
bahan media tanam dan alat
2. Membuat
perlakuan media tanam menjadi beberapa komposisi sebagai berikut:
a) Mencampur
pasir, kompos, arang sekam dengan perbandingan 3:1:1
b) Mencampur
pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1:3:1
c) Mencampur
pasir, kompos, arang sekam perbandingan 1:1:3
3. Memasukkan
media tanam ke dalam polibag dengan volume ²/3 bagian dari dasar polibag
4. Memilih
bahan stek dengan memotong bagian daun lidah mertua yang agak muda miring 45˚
ukuran ± 10 cm
5. Menanam
bahan stek ke dalam polibag yang telah diisi dengan komposisi media tanam
hingga 1/3 bagian
6. Menjaga
kelembaban tanah dengan melakukan penyiraman menggunakan hand sprayer.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1
Tabel
Perlakuan
|
Ulangan
|
Parameter
|
||
Jumlah Akar
|
P. Akar (cm)
|
|||
Pasir, Kompos, Sekam
1 : 2 : 1
|
45º
|
1 (1)
|
27
|
1,5
|
2 (3)
|
11
|
1,5
|
||
3 (5)
|
12
|
1,5
|
||
Rata-rata
|
17
|
1,5
|
||
180º
|
1 (2)
|
19
|
2
|
|
2 (4)
|
10
|
0,5
|
||
3 (6)
|
17
|
2,5
|
||
Rata-rata
|
15
|
1,7
|
4.1.2
Grafik Hasil Pengamatan Setek
a. Grafik Jumlah Akar Hasil Setek
Perlakuan
|
Jumlah Akar
|
Rata-rata
|
|||
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Ulangan 3
|
|||
Pasir, Kompos, Sekam
1 : 2 : 1
|
45º
|
27
|
11
|
12
|
17
|
180º
|
19
|
10
|
17
|
15
|
b. Grafik Panjang Akar Hasil Setek
Perlakuan
|
Panjang Akar (cm)
|
Rata-rata
|
|||
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
Ulangan 3
|
|||
Pasir, Kompos, Sekam
1 : 2 : 1
|
45º
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
180º
|
2
|
0,5
|
2,5
|
1,7
|
4.2
Pembahasan
Perbanyakan dengan stek
mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus dan teknis pelaksanaan
yang rumit. Dimana, perbanyakan tanaman dengan stek ini mempunyai berbagai
keunggulan seperti dapat menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama
dengan tanaman induknya dan dengan dilakukan perbanyakan tanaman secara stek
lebih cepat berbuah dan berbunga, dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah
yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas atau sedikit.
Selain adanya
keunggulan, perbanyakan tanaman secara stek terdapat juga kelemahan baik secara
fisiologis maupun morfologi dalam pertumbuhan tanaman yaitu perbanyakan tanaman
secara stek ini memiliki akar serabut yang dimana akar serabut pertumbuhan
tanamannya rentan yaitu sangant mudah roboh pada keadaan ikim yang kurang
mendukung seperti angin kencang, tanah selalu jenuh, dsb sehingga perakarannya
dangkal, membutuhkan tanaman induk yang lebih besar dan lebih banyak sehingga
membutuhkan biaya yang banyak dan dalam perbanyakan tanaman secara stek tingkat
keberhasilanya sangat rendah. Faktor-faktor yang keberhasilan pertumbuhan stek
adalah faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman:
1. Faktor
Lingkungan
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media
perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya. Media perakaran berfungsi sebagai
pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan
memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut
Hartman (1983) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup,
berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek.
2. Faktor
Dari Dalam Tanaman
Kondisi
fisiologis tanamn mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan stek, jenis
tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan makanan, dan
zat pengatur tumbuh.
a. Umur
Bahan Stek
Stek yang
berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari
tanaman tua, hal ini disebabkan apabila umur tanaman semakin tua maka terjadi
peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan penurunan senyawa fenolik
yang berperan sebagai auksin kofaktor yang mendukung inisiasi akar pada stek.
b. Jenis
Tanaman
Tidak semua
jenis tanaman dapat dibiakkan dengan stek. Keberhasilan dengan cara stek
bergantung pada kesanggupan jenis tersebut untuk berakar. Ada jenis yang mudah
berakar dan ada yang sulit. Kandungan lignin yang tinggi dan kehadiran cincin
sklerenkim yang kontinyu merupakan penghambat anatomi pada jenis-jenis sulit
berakar, dengan cara menghalangi tempat munculnya adventif.
c. Adanya
Tunas dan Daun Pada Stek
Adanya tunas
dan daun pada stek berperan penting bagi perakaran. Bila seluruh tunas
dihilangkan maka pembentukan akar tidak terjadi sebab tunas berfungsi sebagai
auksin. Selain itu, tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang berperan
dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin.
d.
Persediaan Bahan Makanan
Persediaan
bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan
karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Ratio C/N yang tinggi sangat diperlukan
untuk pembentukan akar stek yang diambil dari tanaman dengan C/N ratio yang
tinggi akan berakar lebih cepat dan banyak dari pada tanaman dengan C/N ratio
rendah.
e. Zat
pengatur Tumbuh
Salah satu
hormon tumbuh yang tidak lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
adalah auksin. Dalam hubungan antara pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama
pada akar, batang dan tunas yaitu auksin merangsang pertumbuhan pada kadar
rendah, sebaliknya menghambat pertumbuhan pada kadar tinggi.
Pada
praktikum ini, perbandingan komposisi media 1 : 2 : 1. Media-media yang
digunakan untuk perkembangbiakan stek ni antara lain pasir, kompos, dan arang
sekam. Dalam percobaan, media yang paling baik digunakan adalah media yang
mengandung campuran kompos lebih banyak yaitu perbandingan 1 : 2 : 1 (1 pasir : 2 kompos : 1
arang sekam). Hal itu disebabkan karena karena pada bagian tengah memiliki C/n
yang ideal sehingga memberikan respon yang terbaik. C/n merupakan rasio yang
tinggi menunjukkan kandungan karbohidrat yang diperlukan pada awal pertumbuhan
akar serta media kompos mengandung banyak bahan organik yang berasal
dari daun – daun yang membusuk sehingga sangat baik untuk pertumbuhan bahan
stek. Sedangkan pada media yang mengandung pasir atau arang sekam lebih banyak
dibandingkan kompos hanya menghasilkan jumlah akar dan panjang akar lebih
sedikit.
Pertumbuhan sel kalus
berasal dari sel-sel muda pada daerah kambium pembuluh lebih mudah di iringi
dengan pergerakan auksin yang lebih lancar. Pada perlakuan memotong daun 45˚
terdapat banyak akar daripada memotong daun 180˚, hal ini menunjukkan bahwa
semakin datar permukaan setek maka potensi utmbuhnya akar akan lebih
kecil. Sehingga dalam penyetekan permukaan batang stek harus di sesuaikan
(Adit, 2012).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.
Perbanyakan tanaman dapat melaui dua cara yaitu dengan cara vegetatif dan
generatif
2.
Bagian tanaman yang dapat di stek yaitu akar, batang, dan daun
3. Pemberian
ZPT (zat pengatur tumbuh) dalam pertumbuhan tanaman stek yaitu dapat membantu
pembentukan kalus dan terjadi pembentukan akar
4.
Pemotongan pada daun lintang 45˚ hasilnya lebih baik daripada 180˚, karena pada
45˚ mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga banyak akar yang tumbuh
5.2 Saran
Sebaiknya
praktikan harus lebih jelih dalam melaksanakan metode pelaksaan agar
mendapatkan hasil yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
M, dkk. 2007.Ipa Terpadu SMP dan MTs
Jilid 3a. Jakarta:esis
Adinugraha,
H. A, dkk. 2007. Pertumbuhan Stek Pucuk dari Tunas Hasil Pemangkasan Semai
Jenis Eucalypus pelilita F. Muell di
Persemaian. Pemuliaan Tanaman Hutan,
1(1)
Adit, R. 2012. Pembiakan Vegetatif dengan Cara Stek. http://rezer-adt.blogspot.com/2012/11/pembiakan-vegetatif-dengan-cara-stek.html. Diakses 1 Desember 2012
Hidayat,
Y. 2010. Pertumbuhan Akar Primer, Sekunder, Tersier Stek Batang Bibit Surian (Toona sinensis Roem). Wana Mukti Forestry Research, 10 (2):
1-8
Hidayat,
S dan Sri. W. 2009. Seri Tumbuhan Obat
Berpotensi Hias(2). Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Melati
dan D. Rusmin. 2008. Pengaruh Jenis Kemasan terhadap Mutu dan Pertumbuhan Setek
Nilam Berakar (Pogostemon cablin Benth)
selama Penyimpanan. Littri, 14(1) :
1-6
Rukamana,
R. 2012. Bugenvil. Cetakan ke 13.
Yogyakarta: Kanisius
No comments:
Post a Comment