BAB
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanaman membutuhkan media
tanam untuk pertumbuhannya. Salah satu syarat media tanam yang baik adalah
bebas dari gangguan hama dan penyakit. Penyebab penyakit yang terjadi pada
tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak
bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan
penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diserangnya. Mikroorganisme
yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri,
Virus dan Nematoda. Keberadaan penyebab penyakit tanaman tersebut sangat
berbahaya bagi pertubuhan tanaman, karena dapat menyebabakan terjadinya
gangguan sehingga tanaman akan sakit bahkan mati. Tanaman yang sakit tidak bisa
tumbuh secara normal dan akibatnya produksi tanaman tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya
adalah Nematoda.
Penyakit yang terjadi
pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak
bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan
penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme
yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri,
Virus dan Nematoda.Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas
diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga
sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang
tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena
dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman.
Jamur dan bakteri pada
tanah adalah pendaur ulang utama dari nutrisi dalam tanah. Sementara bakteri
jauh lebih baik banyak, memberikan bimassa jamur lebih besar karena mereka
relaitf lebih besar. Jamur mungkin bertanggung jawab untuk jumlah yang lebih
besar retensi hara dan tanah pembentukan bahan organik dari bakteri.
Jamur parasit dapat
menyebabkan kerusakan serius pada tanaman. Kehadiran tanaman inang diperlukan
untuk jamur parasit untuk berkembangbiak. Biasanya, mereka yang khudud untuk
tanaman tertentu atau spesies, tetapi beberapa dapat mempengaruhi beberapa
spesies tanaman. Penanaman terus menerus dari tanaman inng akan mendorong
pertumbuhan jamur parasit.
Nematoda merupakan mikroorganisme
yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah
mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang
sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda
sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang
disebabkan oleh virus dan bakteri (Pracaya, 2007).
dapat berperan sebagai
hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan Nematoda sebagai hama karena nematoda
dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab
penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan.
Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing
mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara
umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit
membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
Nematoda puru akar
memiliki banyak tanaman inang, yaitu hampir semua tanaman sayuran dan masih
banyak spesies tanaman lainnya. Nematoda dapat bertahan dalam keadaan yang
tidak memungkinkan, itulah kelebihan dari mikroorganime patogen ini. Terdapat
lima tahapan fase yang dihadapi oleh nematode, dari mulai telur sampai dengan
dewasa. Nematode puru akar (Meloidogyne
sp) merupakan salah satu patogen bawah tanah yang menjadi kendala dalam
pengembangan sayuran tingkat tinggi di daerah tropis dan inang utamanaya adalah
tomat, wortel, mentimun, labu, kentang dan kubis. Tanaman yang terserang
biasanya menjadi kurus, kerdil, hasil rendah dan memiliki kualitas rendah.
1.2
Tujuan
Untuk
mengetahui cara mendapatkan nematoda dari dalam tanah dan jaringan tanaman kopi
dan kakao
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Pupuk kandang
sebenarnya adalah campuran tanah dengan produk buangan dari kotoran binatang
ataupun pelapukan dari tumbuhan yang mati. Sehingga pupuk kandang dapat
didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat
digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi
tanah. Pupuk kandang (pukan) padat yaitu kotoran ternak yang berupa
padatan baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara
terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik
tanah.
Keberadaan bahan organik tanah ini sangat penting
dalam penentuan kesuburan suatu tanah. Pada bahan organik tersimpan unsur-unsur
hara seperti N total, hara essensial, mineral tanah dan sebagainya. Besarnya
nilai pH, kandungan C-Organik dan kation basa (Ca2+, Mg2+,
K+ dan Na+) sangat erat kaitannya dengan KTK tanah. KTK
merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah
yakni sebanding dalam kemampuan menjerap dan menyediakan unsur hara tanaman
Hardjowigeno 2003 (dalam Wasis, dkk, 2012). Tanah yang subur memberikan sumber
energi yang cukup untuk tanaman juga organisme tanah (Wasis , dkk, 2012).
Hama merupakan salah satu pembatas produktivitas
hasil pertanian. Untuk itu perlu upaya pengendalian, sehingga populasi dan
tingkat kerusakan yang ditimbulkan dapat ditekan. Pengendalian hama dengan
memanfaatkan musuh alami merupakan salah satu cara yang dapat digunakan, karena
selain efektif terhadap hama sasaran, juga tidak menimbulkan efek negatif
terhadap lingkungan (Wartono dan Tri, 2009).
Kandungan
tanah tidak hanya unsur hara, tetapi juga terdapat mikroorganisme yang hidup
dan berkembangbiak didalamnya. Mikroorganisme tersebut dapat berupa nematode,
bakteri, ataupun jamur. Tidak semua mikroorganisme yang hidup didalam tanah
bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyak sekali
mikroorganisme yang hanya dapat menyebabkan tanaman menjadi sakit dan menurun
kualitas maupun kuantitasnya. Untuk meningkatkan hasil pertanian tentunya dari
segi media tanam yang digunakan harus bebas dari mikroorganisme penyebab
penyakit.
Mikroorganisme tidak
dapat dipisahkan dengan lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik dari suatu
ekosistem karena berperan sebagai pengurai. Oleh karena itu organisme yang
hidup di dalam tanah berperan aktif dalam proses-proses pembusukan, humifikasi
dan mineralisasi. Penyakit tanaman biasanya disebakan oleh mikroorganisme,
seperti jamur, bakteri, nematoda dan virusyang tersebar dimana-mana.
Mikroorganisme tersebut dapat menyebar melalui gumpalan yanah, aliran air,
tanaman gulma, atau bahkan manusia (Suparman, 1987). Terkadang cendawan masuk
ke jaringan akar sebagain infeksi sekunder karena serangan nematoda (Prajnanta,
2007)
Nematoda adalah salah
satu kelas Nemathelminthes (cacing gilig). Nematoda merupakan jasad pengganggu
tanaman yang berbentuk seperti cacing, tetapi berukuran sangat kecil, bahkan
tidak dapat terlihat oleh mata telanjang. Nematoda betina meletakkan telur di
dalam perakaran tanaman sehingga menyebabkan luka. Di dalam perakaran, nematoda
ini akan berkembang sehingga akan menghambat aliran makanan dari dalam tanah.
Akibatnya tanaman akan tampak segar di pagi hari, sedangkan siang hari layu.
Bila nematoda yang menyerang adalah puru akar (Meloidogyne sp.) maka akan
tamoak akar menjadi bengkak kalau tanaman dicabut (Prjananta, 2007).
Beberapa teknik pengendalian nematoda telah
dilakukan seperti penggunaan nematisida, bahan organik, kultur teknis, dan
kultivar yang resisten, tetapi belum memberikan hasil yang memuaskan.
Penggunaan nematisida untuk mengendalikan nematoda pada tanaman nilam, dapat
meningkatkan
produktivitas tanaman hingga 25% Mustika
et al. 1995 (dalam Hami, dkk, 2007).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknik Media Tanam acara
ekstraksi dan isolasi nematoda, jamur dan bakteri dari dalam tanah dilaksanakan
pada tanggal 4 April 2013, pukul 09.30-11.00 WIB di laboratorium Hama Penyakit
Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Kain panas (tissue)
2.
Corong gelas/plastic
3.
Kasa
4.
Statif
5.
Klem
6.
Gelas piala/arloji
7.
Pipa plastic lembek dan penjepitnya
8.
Saringan 1 mm
9.
Botol semprot
10. Saringan 18 um dan
70 um
11. Timba plastic
12. Erlen meyer
3.2.2 Bahan
1.
Sampel tanah dan tanaman pacar aiar yang nerpuru akar
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Metode Baermann Asli
1.
Ambil tanah lalu aduk rata. Takar sebanyak 300-500 gram/ml
2.
Bungkus dengan menggunakan kain panas/tissue, ikat bagian
atasnya
3.
Pasang corong gelas/plastic yang ada pipa plastiknya di atas
statif lengkap dengan klem dan penjepit.
4.
Tempatkan tanah di atas corong sedemikian rupa lalu tambahkan
air melalui tepi corong sampai mencapai tengah bungkusan.
5.
Simpan selama 24 jam kemudian tuangkan air yang ada di dasar
pipa ke dalam gelas piala.
6.
Tuangkan kedalam botol-botol kecil, beeri etiket secukupnya
dan simpan di tempat yang dingin (almari pendingin).
3.3.2 Metode Baermann Diperbaiki
Untuk sample tanah
1.
Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2.
Ambil tanah lalu aduk rata. Takar sebanyak 200 gram/ml,
tambahkan air 100 ml air, aduk rata lalu saring tanah dengan menggunakan
saringan 1 mm, tanah yang kasar dibuang, tanah yang halus didekantasi sebanyak
iga kali.
3.
Ambil kain panas (cotton
woll filter) dan saringan 1 mm. pasang kain panas ke dalam saringan 1 mm
dan tempatkan gelas arloji tepat di tengah kain panas, lalu jepit.
4.
Hasil dekantasi (no.2) uangkan diatas kain panas dalam
saringan 1 mm (no.3) tepat di tengah gelas arloji. Selanjutnya gelas arloji
dibersihkan dengan menggunakan botol semprot.
5.
Siapkan corong gelas/plastik yang ada pipa plastiknya di atas
statif lengkap dengan klem dan penjepit.
6.
Tempatkan hasil no.4 di atas corong gelas/plastik, simpan
selama 24 jam. Diujung pipa plastik tempatkan gelas pipa sebagai penampung
cairan.
7.
Tuangkan cairan yang ada di dalam pipa plastik ke dalam gelas
piala, endapkan suspensi tersebut sekitar 15 menit, kurangi suspensi dengan
cara ditap menggunakan pipa plastik kecil.
8.
Tuangkan kedalam botol-botol kecil, beri etiket secukupnya
dan simpan ditempat yang dingin (almari pendingin).
Untuk sample tanaman/bagian tanaman
1.
Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2.
Ambil tanaman/bagian tanaman (akar, daun, tunas, biji)
bersihkan, potong pendek-pendek sekitar 0,5 cm.
3.
Ambil kain panas (cotton
woll filter) dan saringan 1 mm. pasang kain panas ke dalam saringan 1
mm.
4.
Siapkan corong gelas/plastik yang ada pipa plastiknya di atas
statif lengkap dengan klem dan penjepit.
5.
Tempatkan hasil no.2 di atas corong gelas/plastik, simpan
selama 24 jam. Diujung pipa plastik tempatkan gelas pipa sebagai penampung
cairan.
6.
Tuangkan cairan yang ada di dalam pipa plastik ke dalam gelas
piala, endapkan suspensi tersebut sekitar 15 menit, kurangi suspensi dengan
cara ditap menggunakan pipa plastik kecil.
7.
Tuangkan kedalam botol-botol kecil, beeri etiket secukupnya
dan simpan di tempat yang dingin (almari pendingin).
3.3.3 Metode Erlen Meyer Seinhorst
1.
Siapkan bahan dan alat yang digunakan.
2.
Ambil tanah lalu aduk rata. Takar sebanyak 200 gram/ml,
tambahkan air 100 ml air, aduk rata lalu saring tanah dengan menggunakan
saringan 1 mm.
3.
Tuangkan cairan yang ada kedalam erlen meyer A (botol A) sampai penuh dan tutup dengan
tutup botol.
4.
Botol A ditempatkan di atas botol B (bisa diganti dengan
timbang plastik) yang diisi dengan air sampai penuh, diamkan 10 menit. Saat ini
tanah kasar dan sebagian nematoda pindah dari botol A ke botol B.
5.
Setelah 10 menit angkat botol A dan selanjutnya ditempatkan
di atas botol C, diamkan selama 10 menit, sedangkan botol B ditempatkan di atas
botol D, diamkan selama 10 menit.
6.
Setelah 10 menit angkat botol B dan selanjutnya ditempatkan
di atas botol C diamkan selama 10 menit.
7.
Suspensi yang ada di botol A dan botol B dikumpulkan dan
selanjutnya disaring menggunakan saringan 18 um dan 70 um. Sedangkan cairan
dalam botol C menggunkan saringan 100 um.
8.
Suspensi tanah dan nematoda bisa langsung diamati.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
No
|
Perlakuan
|
Bahan
|
Jumlah nematoda
|
Jumlah telur
|
1
|
Bearmann asli
|
Tanah
|
5
|
-
|
2
|
Bearmann perbaiki
|
Tanah
|
7
|
-
|
Akar pacar air
|
1
|
-
|
||
3
|
Erlenmeyer
|
Media A
|
5
|
11
|
Median B
|
3
|
1
|
||
4
|
Erlermeyer
|
Media A
|
18
|
10
|
Media B
|
5
|
-
|
4.2
Pembahasan
Pada
praktikum ini kita mengekstraksi jamur,
nematoda, dan bakteri. Ekstraksi adalah
cara untuk memisahkan bahan dari jaringan tanaman atau dari gumpalan tanah.
Misalnya ekstraksi pada nematoda di dalam jaringan tumbuhan. Nematoda didalam
tanah harus dipisahkan dari pasir, debu dan zarah-zarah lemping serta dari
kotoran bahan organik. Ada tiga metode ekstraksi yang biasanya digunakan untuk
mendapatkan nematoda yang baik, yaitu bearman asli, bearman diperbaiki, dan
metode erlen meyer seinhorst. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kurangan,
pada bearman asli kelebihannya adalah mudah dan cepat dalam pengerjaannya dan
sering memperoleh nematoda yang aktif dalam jumlah yang banyak dari dalam
tanah, dan kekurangan pada bearman asli yaitu kurang efisien dan nematoda
banyak yang mati. Metode bearman diperbaiki hampir sama dengan metode bearman
asli, bedanya yaitu pada bearman diperbaiki enggunakan saringan, sehingga
hasilnya lebih bersih, tetapi jumlah nematoda bearman diperbaiki lebih sedikit
daripada bearman asli. Pada metode erlen meyer seinhors merupakan untuk
memperoleh nematoda yang berukuran kecil sampai sedang dan hasil suspensinya
lebih jernih dibandingkan menggunakan metode dengan saringan langsung.
Kekurangan menggunakan metode erlenmeyer seinhorst yaitu metodenya mudah tapi
susah.
Nematoda termasuk dalam
kerajaan hewan, dan spesiesnya bersifat parasit pada tumbuhan, berukuran sangat
kecil yaitu antara 300 – 1000 mikron, panjangnya sampai 4 mm dan lebar 15 – 35
mikron. Ciri khas nematoda parasit adalah adanya stilet pada mulut. Ukurannya
yang sangat kecil ini menyebabkan hewan ini hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop
Nematoda yang
menyebabkan penyakit dan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup pada
bagian bawah permukaan tanah. Ada yang hidup bebas di tanah, bagian luar akar
dan batang, dan ada pula beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap di
dalam akar dan batang. Konsentrasi hidup nematoda lebih besar terdapat di dalam
perakaran tumbuhan inang terutama disebabkan oleh laju reproduksinya yang lebih
cepat karena tersedianya makanan yang cukup. Selain itu, tertariknya nematoda
oleh zat yang dilepaskan dalam rizosfir awalnya menyebabkan nematoda dapat
melekat dan menginfeksi akar dan batang.
Dari hasil pengamatan
tanaman pacar air yang terserang nematoda Meloidogyne spp,
pada bagian daunnya terlihat layu dan kering, batang
nampak lunak dan kering, dan terlihat
pada akarnya berbintil-bintil. Gejala serangan
nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman pacar air terlihat
pada daun yang menjadi cepat masak dan gugur, akar serabut menjadi abnormal
jumlahnya. Adanya puru atau bintil-bintil pada akar yang terserang nematoda,
yang agak mirip dengan bintil akar bakteri penambat nitrogen pada
kacang-kacangan. Meskipun puru dapat mengandung nematoda dalam jangka waktu
yang lama, akhirnya puru membusuk dan akar tumbuhan rusak . Tanah yang
menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang kasar. Kebanyakan
nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak pori dan didalam pori-pori
tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga mempunyai kelembapan yang
cukup serta tipe tanah dan pH juga mempunyai pengaruh terhadap distribusi
nematoda.
Tanah dapat dihuni oleh makhluk hidup dalam macam dan jumlah
sangat banyak, baik hewan maupun tumbuhan. Serangga
tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya. Kehadiran serangga
tanah pada habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer dan ada pula yang
menetap. Berdasarkan kehadirannya di
tanah, serangga tanah dibagi menjadi:
1.
Serangga tanah temporer
yaitu golongan hewan tanah yang
memasuki tanah dengan tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi
dewasa, hewan akan keluar dari tanah, misalnya: Diptera.
2.
Serangga tanah transien
yaitu hewan yang seluruh daur
hidupnya berlangsung di atas tanah, misalnya: kumbang dari famili
Conccinelidae.
3.
Serangga tanah periodik
yaitu hewan yang seluruh daur
hidupnya ada di dalam tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam
tanah untuk mencari makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah,
misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina.
4.
Serangga tanah permanen
yaitu hewan yang seluruh daur
hidupnya ada di dalam tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah,
misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera.
Di
dalam praktikum ini terdapat telur uret (Lepidiota
stigma):
L. stigma termasuk
dalam filum Arthropoda, kelas insecta, ordo coleoptera, sub-ordo Lamellicornia,
Famili Scarabaeidae, sub-famili Melolonthinae, Genus Lepidiota, Spesies L.
Stigma F. Telur uret berwarna putih kekuningan dengan ukuran panjang 2-4,25 mm
dan lebar 1,2 – 2.95 mm. Stadia telur 15 hari (Bulan Januari – November). Larva
uret berwarna krem berbentuk C dengan panjang ± 7,5 cm. Kepala berwarna coklat
pucat dengan lebar sekitar 10-11 mm. Stadia larva 9 yaitu ( larva instar 1
terjadi pada Bulan Desember – Februari, larva instar 2 pada Bulan Februari –
Maret, Larva instar 3 pada Bulan April-Juni, dan larva instar 4 pada Bulan
Juni-Juli). Larva membentuk pupa pada kedalaman 15-20 cm di bawah
permukaan tanah. stadia pre pupa terjadi selama 12 hari yaitu pada bulan
Juli - Agustus, stadia pupa selama 1 bulan pada bulan Agustus – Oktober. Imago
berwarna coklat gelap sampai hitam, masa hidup imago selama 3 bulan yaitu pada
bulan Oktober – Desember . Daur hidup L. stigma secara keseluruhan
adalah 13 bulan 27 hari.
Umumnya perkembangan
nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva
IV dan nematoda dewasa. Siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau
3–4 minggu dan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan
seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina
dapat menghasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih
dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak
menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di
daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang
rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva
menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva
menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan
ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk
memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan
menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya. Nutrisi yang tersedia
serta jumlah larva per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika
akar terserang berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan
inang maka hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan
partenogenesis, walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi
senyawa tersebut tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya.
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Ada
3 macam metode yang biasanya digunakan dalam ekstraksi nematoda. Metode itu adalah
bearman asli, bearman diperbaiki, dan erlen meyer seinhorst. Pada metode
tersebut terdapat kelebihan dan kekurangannya.
5.2
Saran
Sebaiknya
praktikan harus mengikuti metodologi dengan benar, agar mendapatkan hasil yang
benar. Praktikan juga harus cermat dalam menghitung nematoda dan telur yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Harni,
R, dkk. 2007. Potensi Bakteri Endofit
Pengendali Nematoda Peluka Akar
(Pratylenchus
brachyurus) pada Nilam. Hayati,
14(1): 7-12
Prajnanta,
F. 2007. Mengatasi Permasalahan Bertanam
Cabai. Depok : Penebar Swadaya
Suparman.
1987. Model-Model Berkebun Sayuran.
Jakarta:Exact Ganeca
Tim
Biologi. 2004. Makhluk Hidup dan Proses
Kehidupan. Jakarta: Grasindo
Tim
Penyuluh. Lepidiota stigma Menyerang Tanaman Tebu di Kecamatan Kedungwaru.
http://bbpkedungwaru.blogspot.com/2012/11/lepidiota-stigma-menyerang-tanaman-tebu.html.
diakses 22 November 2012
Wartono dan Tri,
P.R. 2009. Pertumbuhan Bakteri Photorhabdus luminescens pada Berbagai Media dan
Produksi Eksotoksin sebagai Racun Serangga. Entomol
Indon, 6 (2), 60-69
Wasis, B, dkk.
2012. Perbandingan Sifat Kimia dan
Biologi Tanah Akibat Keterbukaan Lahan pada Hutan Reboisasi Pinus di Kecamatan
Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Silvikultur Tropika, 3(1): 33-36
No comments:
Post a Comment