Monday 22 April 2013

ISOLASI NEMATODA


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman membutuhkan media tanam untuk pertumbuhannya. Salah satu syarat media tanam yang baik adalah bebas dari gangguan hama dan penyakit. Penyebab penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diserangnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda. Keberadaan penyebab penyakit tanaman tersebut sangat berbahaya bagi pertubuhan tanaman, karena dapat menyebabakan terjadinya gangguan sehingga tanaman akan sakit bahkan mati. Tanaman yang sakit tidak bisa tumbuh secara normal dan akibatnya produksi tanaman tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda.
Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda.Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman.
Jamur dan bakteri pada tanah adalah pendaur ulang utama dari nutrisi dalam tanah. Sementara bakteri jauh lebih baik banyak, memberikan bimassa jamur lebih besar karena mereka relaitf lebih besar. Jamur mungkin bertanggung jawab untuk jumlah yang lebih besar retensi hara dan tanah pembentukan bahan organik dari bakteri.

Jamur parasit dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman. Kehadiran tanaman inang diperlukan untuk jamur parasit untuk berkembangbiak. Biasanya, mereka yang khudud untuk tanaman tertentu atau spesies, tetapi beberapa dapat mempengaruhi beberapa spesies tanaman. Penanaman terus menerus dari tanaman inng akan mendorong pertumbuhan jamur parasit.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Pracaya, 2007).
dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan Nematoda sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman. Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
Nematoda puru akar memiliki banyak tanaman inang, yaitu hampir semua tanaman sayuran dan masih banyak spesies tanaman lainnya. Nematoda dapat bertahan dalam keadaan yang tidak memungkinkan, itulah kelebihan dari mikroorganime patogen ini. Terdapat lima tahapan fase yang dihadapi oleh nematode, dari mulai telur sampai dengan dewasa. Nematode puru akar (Meloidogyne sp) merupakan salah satu patogen bawah tanah yang menjadi kendala dalam pengembangan sayuran tingkat tinggi di daerah tropis dan inang utamanaya adalah tomat, wortel, mentimun, labu, kentang dan kubis. Tanaman yang terserang biasanya menjadi kurus, kerdil, hasil rendah dan memiliki kualitas rendah.

1.2 Tujuan
            Untuk mengetahui cara mendapatkan nematoda dari dalam tanah dan jaringan tanaman kopi dan kakao


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk kandang sebenarnya adalah campuran tanah dengan produk buangan dari kotoran binatang ataupun pelapukan dari tumbuhan yang mati. Sehingga pupuk kandang dapat didefinisikan sebagai semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Pupuk kandang (pukan) padat yaitu kotoran ternak yang berupa padatan baik belum dikomposkan maupun sudah dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi, dan fisik tanah. 
Keberadaan bahan organik tanah ini sangat penting dalam penentuan kesuburan suatu tanah. Pada bahan organik tersimpan unsur-unsur hara seperti N total, hara essensial, mineral tanah dan sebagainya. Besarnya nilai pH, kandungan C-Organik dan kation basa (Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+) sangat erat kaitannya dengan KTK tanah. KTK merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah yakni sebanding dalam kemampuan menjerap dan menyediakan unsur hara tanaman Hardjowigeno 2003 (dalam Wasis, dkk, 2012). Tanah yang subur memberikan sumber energi yang cukup untuk tanaman juga organisme tanah (Wasis , dkk, 2012).
Hama merupakan salah satu pembatas produktivitas hasil pertanian. Untuk itu perlu upaya pengendalian, sehingga populasi dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan dapat ditekan. Pengendalian hama dengan memanfaatkan musuh alami merupakan salah satu cara yang dapat digunakan, karena selain efektif terhadap hama sasaran, juga tidak menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan (Wartono dan Tri, 2009).
Kandungan tanah tidak hanya unsur hara, tetapi juga terdapat mikroorganisme yang hidup dan berkembangbiak didalamnya. Mikroorganisme tersebut dapat berupa nematode, bakteri, ataupun jamur. Tidak semua mikroorganisme yang hidup didalam tanah bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyak sekali mikroorganisme yang hanya dapat menyebabkan tanaman menjadi sakit dan menurun kualitas maupun kuantitasnya. Untuk meningkatkan hasil pertanian tentunya dari segi media tanam yang digunakan harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit.
Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik dari suatu ekosistem karena berperan sebagai pengurai. Oleh karena itu organisme yang hidup di dalam tanah berperan aktif dalam proses-proses pembusukan, humifikasi dan mineralisasi. Penyakit tanaman biasanya disebakan oleh mikroorganisme, seperti jamur, bakteri, nematoda dan virusyang tersebar dimana-mana. Mikroorganisme tersebut dapat menyebar melalui gumpalan yanah, aliran air, tanaman gulma, atau bahkan manusia (Suparman, 1987). Terkadang cendawan masuk ke jaringan akar sebagain infeksi sekunder karena serangan nematoda (Prajnanta, 2007)
Nematoda adalah salah satu kelas Nemathelminthes (cacing gilig). Nematoda merupakan jasad pengganggu tanaman yang berbentuk seperti cacing, tetapi berukuran sangat kecil, bahkan tidak dapat terlihat oleh mata telanjang. Nematoda betina meletakkan telur di dalam perakaran tanaman sehingga menyebabkan luka. Di dalam perakaran, nematoda ini akan berkembang sehingga akan menghambat aliran makanan dari dalam tanah. Akibatnya tanaman akan tampak segar di pagi hari, sedangkan siang hari layu. Bila nematoda yang menyerang adalah puru akar (Meloidogyne sp.) maka akan tamoak akar menjadi bengkak kalau tanaman dicabut (Prjananta, 2007).
Beberapa teknik pengendalian nematoda telah dilakukan seperti penggunaan nematisida, bahan organik, kultur teknis, dan kultivar yang resisten, tetapi belum memberikan hasil yang memuaskan. Penggunaan nematisida untuk mengendalikan nematoda pada tanaman nilam, dapat meningkatkan
produktivitas tanaman hingga 25% Mustika et al. 1995 (dalam Hami, dkk, 2007).


BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Teknik Media Tanam acara ekstraksi dan isolasi nematoda, jamur dan bakteri dari dalam tanah dilaksanakan pada tanggal 4 April 2013, pukul 09.30-11.00 WIB di laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.      Kain panas (tissue)
2.      Corong gelas/plastic
3.      Kasa
4.      Statif
5.      Klem
6.      Gelas piala/arloji
7.      Pipa plastic lembek dan penjepitnya
8.      Saringan 1 mm
9.      Botol semprot
10.  Saringan 18 um dan 70 um
11.  Timba plastic
12.  Erlen meyer

3.2.2 Bahan
1.      Sampel tanah dan tanaman pacar aiar yang nerpuru akar

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Metode Baermann Asli
1.      Ambil tanah lalu aduk rata. Takar sebanyak 300-500 gram/ml
2.      Bungkus dengan menggunakan kain panas/tissue, ikat bagian atasnya
3.      Pasang corong gelas/plastic yang ada pipa plastiknya di atas statif lengkap dengan klem dan penjepit.
4.      Tempatkan tanah di atas corong sedemikian rupa lalu tambahkan air melalui tepi corong sampai mencapai tengah bungkusan.
5.      Simpan selama 24 jam kemudian tuangkan air yang ada di dasar pipa ke dalam gelas piala.
6.      Tuangkan kedalam botol-botol kecil, beeri etiket secukupnya dan simpan di tempat yang dingin (almari pendingin).

3.3.2 Metode Baermann Diperbaiki
Untuk sample tanah
1.      Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2.      Ambil tanah lalu aduk rata. Takar sebanyak 200 gram/ml, tambahkan air 100 ml air, aduk rata lalu saring tanah dengan menggunakan saringan 1 mm, tanah yang kasar dibuang, tanah yang halus didekantasi sebanyak iga kali.
3.      Ambil kain panas (cotton woll filter) dan saringan 1 mm. pasang kain panas ke dalam saringan 1 mm dan tempatkan gelas arloji tepat di tengah kain panas, lalu jepit.
4.      Hasil dekantasi (no.2) uangkan diatas kain panas dalam saringan 1 mm (no.3) tepat di tengah gelas arloji. Selanjutnya gelas arloji dibersihkan dengan menggunakan botol semprot.
5.      Siapkan corong gelas/plastik yang ada pipa plastiknya di atas statif lengkap dengan klem dan penjepit.
6.      Tempatkan hasil no.4 di atas corong gelas/plastik, simpan selama 24 jam. Diujung pipa plastik tempatkan gelas pipa sebagai penampung cairan.
7.      Tuangkan cairan yang ada di dalam pipa plastik ke dalam gelas piala, endapkan suspensi tersebut sekitar 15 menit, kurangi suspensi dengan cara ditap menggunakan pipa plastik kecil.
8.      Tuangkan kedalam botol-botol kecil, beri etiket secukupnya dan simpan ditempat yang dingin (almari pendingin).

Untuk sample tanaman/bagian tanaman
1.         Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2.         Ambil tanaman/bagian tanaman (akar, daun, tunas, biji) bersihkan, potong pendek-pendek sekitar 0,5 cm.
3.         Ambil kain panas (cotton woll filter) dan saringan 1 mm. pasang kain panas ke dalam saringan 1 mm. 
4.         Siapkan corong gelas/plastik yang ada pipa plastiknya di atas statif lengkap dengan klem dan penjepit.
5.      Tempatkan hasil no.2 di atas corong gelas/plastik, simpan selama 24 jam. Diujung pipa plastik tempatkan gelas pipa sebagai penampung cairan.
6.      Tuangkan cairan yang ada di dalam pipa plastik ke dalam gelas piala, endapkan suspensi tersebut sekitar 15 menit, kurangi suspensi dengan cara ditap menggunakan pipa plastik kecil.
7.      Tuangkan kedalam botol-botol kecil, beeri etiket secukupnya dan simpan di tempat yang dingin (almari pendingin).

3.3.3 Metode Erlen Meyer Seinhorst
1.         Siapkan bahan dan alat yang digunakan.
2.         Ambil tanah lalu aduk rata. Takar sebanyak 200 gram/ml, tambahkan air 100 ml air, aduk rata lalu saring tanah dengan menggunakan saringan 1 mm.
3.         Tuangkan cairan yang ada kedalam erlen meyer A (botol A) sampai penuh dan tutup dengan tutup botol.
4.         Botol A ditempatkan di atas botol B (bisa diganti dengan timbang plastik) yang diisi dengan air sampai penuh, diamkan 10 menit. Saat ini tanah kasar dan sebagian nematoda pindah dari botol A ke botol B.
5.         Setelah 10 menit angkat botol A dan selanjutnya ditempatkan di atas botol C, diamkan selama 10 menit, sedangkan botol B ditempatkan di atas botol D, diamkan selama 10 menit.
6.         Setelah 10 menit angkat botol B dan selanjutnya ditempatkan di atas botol C diamkan selama 10 menit.
7.         Suspensi yang ada di botol A dan botol B dikumpulkan dan selanjutnya disaring menggunakan saringan 18 um dan 70 um. Sedangkan cairan dalam botol C menggunkan saringan 100 um.
8.         Suspensi tanah dan nematoda bisa langsung diamati.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No
Perlakuan
Bahan
Jumlah nematoda
Jumlah telur
1
Bearmann asli
Tanah
5
-
2
Bearmann perbaiki
Tanah
7
-
Akar pacar air
1
-
3
Erlenmeyer
Media A
5
11
Median B
3
1
4
Erlermeyer
Media A
18
10
Media B
5
-

4.2 Pembahasan
            Pada praktikum ini  kita mengekstraksi jamur, nematoda, dan bakteri.  Ekstraksi adalah cara untuk memisahkan bahan dari jaringan tanaman atau dari gumpalan tanah. Misalnya ekstraksi pada nematoda di dalam jaringan tumbuhan. Nematoda didalam tanah harus dipisahkan dari pasir, debu dan zarah-zarah lemping serta dari kotoran bahan organik. Ada tiga metode ekstraksi yang biasanya digunakan untuk mendapatkan nematoda yang baik, yaitu bearman asli, bearman diperbaiki, dan metode erlen meyer seinhorst. Setiap metode mempunyai kelebihan dan kurangan, pada bearman asli kelebihannya adalah mudah dan cepat dalam pengerjaannya dan sering memperoleh nematoda yang aktif dalam jumlah yang banyak dari dalam tanah, dan kekurangan pada bearman asli yaitu kurang efisien dan nematoda banyak yang mati. Metode bearman diperbaiki hampir sama dengan metode bearman asli, bedanya yaitu pada bearman diperbaiki enggunakan saringan, sehingga hasilnya lebih bersih, tetapi jumlah nematoda bearman diperbaiki lebih sedikit daripada bearman asli. Pada metode erlen meyer seinhors merupakan untuk memperoleh nematoda yang berukuran kecil sampai sedang dan hasil suspensinya lebih jernih dibandingkan menggunakan metode dengan saringan langsung. Kekurangan menggunakan metode erlenmeyer seinhorst yaitu metodenya mudah tapi susah.
Nematoda termasuk dalam kerajaan hewan, dan spesiesnya bersifat parasit pada tumbuhan, berukuran sangat kecil yaitu antara 300 – 1000 mikron, panjangnya sampai 4 mm dan lebar 15 – 35 mikron. Ciri khas nematoda parasit adalah adanya stilet pada mulut. Ukurannya yang sangat kecil ini menyebabkan hewan ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
Nematoda yang menyebabkan penyakit dan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup pada bagian bawah permukaan tanah. Ada yang hidup bebas di tanah, bagian luar akar dan batang, dan ada pula beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap di dalam akar dan batang. Konsentrasi hidup nematoda lebih besar terdapat di dalam perakaran tumbuhan inang terutama disebabkan oleh laju reproduksinya yang lebih cepat karena tersedianya makanan yang cukup. Selain itu, tertariknya nematoda oleh zat yang dilepaskan dalam rizosfir awalnya menyebabkan nematoda dapat melekat dan menginfeksi akar dan batang.
Dari hasil pengamatan tanaman pacar air yang terserang nematoda Meloidogyne spp, pada  bagian daunnya terlihat layu dan kering, batang nampak lunak dan kering, dan terlihat pada akarnya berbintil-bintil. Gejala serangan nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman pacar air terlihat pada daun yang menjadi cepat masak dan gugur, akar serabut menjadi abnormal jumlahnya. Adanya puru atau bintil-bintil pada akar yang terserang nematoda, yang agak mirip dengan bintil akar bakteri penambat nitrogen pada kacang-kacangan. Meskipun puru dapat mengandung nematoda dalam jangka waktu yang lama, akhirnya puru membusuk dan akar tumbuhan rusak . Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang kasar. Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak pori dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga mempunyai kelembapan yang cukup serta tipe tanah dan pH juga mempunyai pengaruh terhadap distribusi nematoda.
Tanah dapat dihuni oleh makhluk hidup dalam macam dan jumlah sangat banyak, baik hewan maupun tumbuhan. Serangga tanah adalah hewan yang menempati tanah sebagai habitatnya. Kehadiran serangga tanah pada habitatnya tidak sama, ada yang secara temporer dan ada pula yang menetap. Berdasarkan kehadirannya di tanah, serangga tanah dibagi menjadi:
1.      Serangga tanah temporer
yaitu golongan hewan tanah yang memasuki tanah dengan tujuan bertelur, setelah menetas dan berkembang menjadi dewasa, hewan akan keluar dari tanah, misalnya: Diptera.
2.      Serangga tanah transien
yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya berlangsung di atas tanah, misalnya: kumbang dari famili Conccinelidae.
3.      Serangga tanah periodik
yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam tanah, hanya sesekali hewan dewasa keluar dari dalam tanah untuk mencari makanan dan setelah itu masuk kembali ke dalam tanah, misalnya: ordo Forficula, Chelisolches, Collembola, dan Acarina.
4.      Serangga tanah permanen
yaitu hewan yang seluruh daur hidupnya ada di dalam tanah, dan tidak pernah keluar dari dalam tanah, misalnya: Nematoda tanah, Protozoa, dan Rotifera.
            Di dalam praktikum ini terdapat telur uret (Lepidiota stigma):
Photo2406.jpg  pearls.jpg
L. stigma termasuk dalam filum Arthropoda, kelas insecta, ordo coleoptera, sub-ordo Lamellicornia, Famili Scarabaeidae, sub-famili Melolonthinae, Genus Lepidiota, Spesies L. Stigma F. Telur uret berwarna putih kekuningan dengan ukuran panjang 2-4,25 mm dan lebar 1,2 – 2.95 mm. Stadia telur 15 hari (Bulan Januari – November). Larva uret berwarna krem berbentuk C dengan panjang ± 7,5 cm. Kepala berwarna coklat pucat dengan lebar sekitar 10-11 mm. Stadia larva 9 yaitu ( larva instar 1 terjadi pada Bulan Desember – Februari, larva instar 2 pada Bulan Februari – Maret, Larva instar 3 pada Bulan April-Juni, dan larva instar 4 pada Bulan Juni-Juli). Larva membentuk pupa pada kedalaman 15-20   cm di bawah permukaan tanah. stadia pre pupa  terjadi selama 12 hari yaitu pada bulan Juli - Agustus, stadia pupa selama 1 bulan pada bulan Agustus – Oktober. Imago berwarna coklat gelap sampai hitam, masa hidup imago selama 3 bulan yaitu pada bulan Oktober – Desember . Daur hidup L. stigma secara keseluruhan adalah 13 bulan 27 hari.
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa. Siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis, walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya.


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
            Ada 3 macam metode yang biasanya digunakan dalam ekstraksi nematoda. Metode itu adalah bearman asli, bearman diperbaiki, dan erlen meyer seinhorst. Pada metode tersebut terdapat kelebihan dan kekurangannya.

5.2 Saran
            Sebaiknya praktikan harus mengikuti metodologi dengan benar, agar mendapatkan hasil yang benar. Praktikan juga harus cermat dalam menghitung nematoda dan telur yang ada.


DAFTAR PUSTAKA
                     
Harni, R, dkk. 2007. Potensi Bakteri Endofit Pengendali Nematoda Peluka Akar
(Pratylenchus brachyurus) pada Nilam. Hayati, 14(1): 7-12

Prajnanta, F. 2007. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Depok : Penebar Swadaya

Suparman. 1987. Model-Model Berkebun Sayuran. Jakarta:Exact Ganeca

Tim Biologi. 2004. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan. Jakarta: Grasindo

Tim Penyuluh. Lepidiota stigma Menyerang Tanaman Tebu di Kecamatan Kedungwaru. http://bbpkedungwaru.blogspot.com/2012/11/lepidiota-stigma-menyerang-tanaman-tebu.html. diakses 22 November 2012

Wartono dan Tri, P.R. 2009. Pertumbuhan Bakteri Photorhabdus luminescens pada Berbagai Media dan Produksi Eksotoksin sebagai Racun Serangga. Entomol Indon, 6 (2), 60-69

Wasis, B, dkk. 2012. Perbandingan Sifat Kimia dan Biologi Tanah Akibat Keterbukaan Lahan pada Hutan Reboisasi Pinus di Kecamatan Pollung
Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Silvikultur Tropika, 3(1): 33-36

No comments:

Post a Comment