Monday 8 April 2013

PEMBUATAN MEDIA CAIR DAN PADAT UNTUK HIDROPONIK


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM HOLTIKULTURA
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                               : JENI WIDYA R
KELAS / KEL                                  : A / 3
ACARA                                            : PEMBUATAN MEDIA CAIR DAN PADAT UNTUK HIDROPONIK
TANGGAL PRAKTIKUM                        : 14 MARET 2013
TANGGAL PENYERAHAN         : 28 MARET 2013
ASISTEN                                           : 1. LAILY ILMAN W.
                                                              2. NURHALIMAH
                                                              3. ARIS SUSANTO
                                                              4. RISKY MAULANA A.
                                                              5. ANNA SOFYANA
                                                              6. ENGGAR WELLY A.
                                                              7. RAHMAT KURNIAWAN
                                                              8. REKYAN LARASATI
                                                              9. DERIE KUSUMA B. N
                                                            10. SITI NUR WAHYU T. N


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hidroponik muncul sebagai alternatif pertanian lahan terbatas. Sistem budidaya secara organik  kini telah menampakkan hasil yang cukup signifikan pada tingkat peneliti tetapi ditingkat petani masih terbatas yang menerapkannya. Begitu juga penerapan budidaya secara hidroponik. Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media tumbuhnya. Sistem hidroponik pun mempunyai kelemahan dalam pembiayaan awal dan operasinya, sehingga hidroponik kurang berkembang dimasyarakat tani.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu alternatif sistem budidaya  pertanian pada lahan sempit dengan penggunaan kompos dalam larutan hara hidroponik untuk mengurangi penggunaan larutan hara buatan secara berlebihan. Di harapkan penggunaan larutan hara buatan menjadi berkurang atau bahkan dihilangkan, sehingga didapatkan suatu sistem budidaya secara hidroponik dengan menggunakan larutan hara alami.
Tanaman untuk tumbuh dan berkembang membutuhkan media tanam. Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman, penopang tegaknya, sumber air, udara dan unsur-unsur hara. Fungsi media tersebut dapat terpenuhi oleh media tanah. Selain media tanah, masih ada media lain yang dapat dimanfaatkan, misalnya media arang sekam, akar pakis, arang kayu, pecahan genting dan pasir. Berbeda dengan media tanah, media tersebut kurang mampu menyediakan unsure-unsur hara. Pada pengunaannya sangat memerlukan pemberian unsur hara
Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless. Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat Indonesia. Hidroponik adalah suatu cara pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Jadi media tanah diganti dengan arang sekam/pasir. Karena media yang digunakan bukan tanah, nutrisi yang diperlukan tanaman berbentuk larutan. Tidak seperti media tanah yang memiliki unsur hara yang berupa zat-zat penting bagi tumbuhan. Hidroponik memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan lahan yang luas. Jadi tidak perlu berkeliling ladang yang luas untuk perawatan dan panen. Hidroponik merupakan salah satu alternatif bagi petani yang tidak memiliki lahan yang cukup untuk becocok tanam.    
Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Media tanaman hidroponik dapat  berupa sekam bakar, cocopeat, pasir kerikil rockwool dan lan-lain. Cara menanam hidroponik dapat dilakukan dimana saja contohnya di halaman rumah anda, wadahnya pun bisa menggunakan apa saja pot, drum bekas, kaleng bekas cat atau bahkan botol mineral bekas. Karena bercocok tanam dengan sistem hidroponik memiliki banyak keuntungan. Salah satunya adalah kualitas tanaman yang baik. Dengan meningkatnya kualitas tanaman Keuntungan teknik hidroponik.
Untuk keperluan hiasan, pot dan tanaman akan selalu bersih sehingga peletakan tanaman dalam ruangan akan lebih fleksibel. Sehingga untuk mendisign interior ruangan rumah akan bisa lebih leluasa dalam menempatkan pot-pot hidroponik. Bila tanaman yang digunakan adalah tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur warna yang dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang dipakai dalam pelarut nutrisinya.

1.2 Tujuan
            Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan media tanam non tanah dalam bentuk cair dan padat untuk budidaya sistem hidroponik


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Media tanam adalah salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan agar tanaman dapat menerima unsur hara dan air secara maksimal. Menurut Novizan dalam Hani (2009) menyatakan bahwa media yang baik adalah mempunyai empat fungsi utama, yaitu memberi unsur hara dan sebagai media perakaran, menyediakan air, dan tempat penampungan air, menyediakan udara untuk respirasi akar dan sebagai tempat bertumbuhnya tanaman.
Salah satu sistem media tanam yang baik adalah sistem hidroponik. Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang lebih terkontrol Sistem hidroponik banyak digunakan untuk menanam tumbuhan hortikultura seperti tomat, paprika dan melon (Suprijadi, dkk. 2009). Hidroponik berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponus yang berarti daya. Hidroponik dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman dengan menggunakan media tanam selain tanah dan memanfaatkan air untuk menyalurkan unsur hara yang dibutuhkan ke setiap tanaman (Wachjar, 2013). Bercocok tanam secara hidroponik tidak tergantung pada musim dan ketinggian tempat. (Arisworo dan Yusa, 2006)
            Pada awalnya sistem hidroponik identik dengan penanaman tanpa media tanah, akan tetapi sesuai dengan perkembangan teknologi, hidroponik digunakan untuk penumbuhan tanaman dengan mengontrol nutrisi tanaman sesuai dengan kebutuhannya, salah satu metoda yang mulai banyak digunakan adalah nutrient film technique yang merupakan sistem hidroponik tertutup, yang mana nutrisi aka mengalir secara terus menerus atau dalam jangka waktu tertentu secara teratur. Adapun teknik hidroponik terdiri dari teknik NFT (Nutrient Film Technic), Ebb and Flow, Aeroponik, DFT (Deep Flow Technic), DFT plus Aerator, Hidroponic Sifon dan Top Feeding merupakan metode penyiraman dan metode tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman NFT (Nutrient Film Technique) merupakan jenis hidroponik yang berbeda dengan hidroponik substrat. Pada NFT, air bersirkulasi selama 24 jam terus menerus (atau terputus). Sebagian akar terendam air dan sebagian lagi berada di atas permukaan air Untung, 2000 (dalam Harjoko, 2009).
Menurut Sundstrom 1982 dalam Wijayanti (2013) dengan sistem hidroponik dapat diatur kondisi lingkungannya seperti suhu, kelembaban relatif dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali dan serangan hama penyakit dapat diperkecil. teknik budidaya tanaman secara hidroponik dapat dilakukan dengan menggunakan media (substrat) maupun tidak menggunakan media, seperti halnya yang telah dikatakan oleh Wariyono dan Yani (2008), Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan substrat ini antara lain batu apung, pasir, sertbuk gergaji, sabut kelapa atau gambut. Metode yang tergolong berhasil dan mudah diterapkan adalah metode pasir dan non subtrat yang menggunakan cair.
Dengan pengembangan teknologi, kombinasi sistem hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida secara nyata lebih efisien (minimalis system) dibandingkan dengan kultur tanah (terutama untuk tanaman berumur pendek) (Mas’ud, 2009). Tanaman juga membutuhkan makanan untuk hidup. Di dalam sistem hidroponik menurut Mikrajuddin, dkk (2006), Makanan tanaman yang ditanam secara hidroponik diperoleh dari air yang mengandung zat-zat anorganik yang diberikan melalui pipa-pipa air atau dengan cara disiramkan.
Adapun keunggulan-keunggulan menggunakan media tanam secara hidroponik yaitu produksinya tidak tergantung musim, pemakaian air lebih efisien, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, masalah hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi, harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibudidayakan secara tradisional di tanah, serta dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas.


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum Teknik Media Tanam pada acara 1, yaitu tentang pembuatan media cair dan padat untuk hidroponik yang dilaksanakan pada hari Kamis,14 Maret 2012, pukul 09.30 sampai dengan selesai , di laboratorium holtikultura, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember. 

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Larutan nutrisi A, B Mix
2. Pupuk gandasil B
3. Pupuk NPK, urea, KCl dan SP-36
4. Arang Sekam dan pasir

3.2.2 Alat
1. Pot plastik
2. Pipa paralon
3. Gelas ukur
4. Cetok / alat pengaduk
5. Penggaris

3.3 Cara Kerja
1.  Menyiapkan media madat dengan formulasi dari arang sekam dan pasir steril dalam perbandingan (50% : 50%) dan memasukan ke dalam pot plastik yang telah disediakan   dengan berat total media 5 kg per pot.
2. Menyiapkan media cair hidroponik sistem NTF dengan menggunakan bak atau talang paralon yang telah disediakan dengan vulume air sesuai kebutuhan
3. Menyiapkan larutan nutrisi A B Mix dalam 30 liter air
4. Menyiapkan  pupuk NPK, urea, KCl dan Sp-36
5. Menyiapkan nutrisi Gandasil B, Insektisida, dan fungisida
6.  Menambahkan masing-masing semua larutan nutrisi poin 3,4, dan 5 pada media padat dan media cair yang telah disiapkan.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
-
4.2 Pembahasan
Hidroponik dapat diartikan sebagai pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur haranya mineral yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air. Salah satu sitem hidroponik yaitu teknik hidroponik sistem NFT menggunkan sterofoam sebagai tempat untuk  meletakkan tanamannya dimana steroformnya diberi lubang-lubang kecil sebagai tempat untuk memasukkan akar tanaman agar tergenang pada larutan nutrisi, tanaman yang akan dimasukkan kedalam lubang diberi kapas agar tanaman tidak tenggelam. Larutan nutrisi tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerator dan pompa.
Ada beberapa keuntungan yang diyakini bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional (bertanam biasa di tanah). Tanaman yang dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam konvensional. Panen dengan cara hidroponik juga terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensional, karena para petani tidak perlu waktu terlalu lama untuk menunggu masa tanam atau masa panen. Hasil tanaman boleh di makan keseluruhannya, sebab akarnya bebas dari kotoran dan penyakit
Ambil saja salah satu contoh, bertanam paprika secara hidroponik. Pertama, produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik. Selain itu lahan dapat ditanami paprika sepanjang tahun, jika ditanam di tanah harus ada rotasi tanaman. Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan bertanam secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan, tidak mengenal musim.
Ada juga Kelemahan menggunakan sistem hidroponik yaitu daya pengeluaran yang agak tinggi. jika penyakit-penyakit dalam sistem hidroponik menyebar dengan cepat maka tanaman yang lain juga terkena penyakit. Maka dari itu pemeriksaan harian diperlukan. Hidroponik lebih rumit daripada menanam menggunakan tanah. Pada sistem hidoponik juga memerlukan bekalan kuasa yang berkekalan dan tetap, kerana akar-akar pokok boleh kering dengan cepat jika pam atau penyembur gagal berfungsi. Pada sistem hidroponik terdapat dua jenis metode dalam penanaman hidroponik, yaitu media substrat dan media  non substrat. Media substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat yang dapat menyerap air, oksigen, dan nutrisi.    
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup, dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air.
Teknik:
- Memilih substrat yang sesuai dengan tanaman yang akan dibudidayakan. Misalnya: arang sekam, pasir, pecahan batu bata, serbuk gergaji.
- Bila menggunakan lebih dari satu macam substrat, maka harus dilakukan perbandingan yang sesuai. Misalnya substrat pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1
-   Memasukkan substrat pada pot/polybag
-   Menanam bibit tanaman yang disediakan pada pot/polybag
-   Merendam pot/polybag tersebut sedalam ± 5 cm
-   Membuat jenuh media substrat dan memberi nutrisi.
  • KOMPOS

Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan memiliki kemampuan tukar kation pada tanah.
·                     PASIR
Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam.
·                     SERBUK GERGAJI
Serbuk gergaji untuk memberikan dukungan mekanis untuk tanaman.
Salah satu sistem non substrat yaitu NFT. Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops Research Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun 1960-an dan berkembang pada awal 1970-an secara komersial.
Prinsip kerja dari metode NFT adalah mengalirkan air yang mengandung nutrisi secara terus menerus dan tetap menggenang dalam suatu lapisan yang tipis. Nantinya tanaman akan menggantung pada styrofoam atau gabus dan akarnya akan menyentuh aliran air nutrisi. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa. Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal.   
Ada beberapa hal yang berpengaruh dan perlu mendapat perhatuan dalam berbudidaya secara NFT, antara lain sistem sirkulasi air yang mengandung nutrisi, pemberian nutrisi pada media air, pencegahan terhadap hama dan penyakit, peletakan perakaran, dan kerapatan jarak tanam. Sirkulasi air yang mengandung nutrisi sangat penting untuk diperhatikan, karena jika air yang menggenang tidak terus dialirkan dalam suatu sirkulasi, akan menyebabkan pengendapan nutrisi, jika hal ini terjadi maka akar tanaman yang hanya menyentuh permukaan air (tidak sampai mendalam) akan hanya menyerap air saja, mungkin juga dengan oksigen, tanpa menyerap nutrisi yang mengendap dan berada di dasar bak penanaman sama sekali, karena akar kurang dapat menjangkau nutrisi yang berada di dasar. Sehingga hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tanaman akan lambat dalam pertumbuhannya dan tidak mampu berproduksi dengan baik. Pemberian nutrisi, sangat berpengaruh terutama untuk tumbuh dan kembangbya tanaman yang dibudidaya, komposisi nutrisi yang masih terkandung di dalam air dapat diketahui dengan melihat warna media air, jika media air menggenang masih terlihat keruh berarti air masih mengandng nutrisi yang cukup, sedangkan jika warnanya jernih maka menandakan nutrisinya sudah mulai habis dan memerlukan asupan nutrisi lagi.
Beberapa keuntungan pemakaian NFT antara lain : dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting density. Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.
NFT merupakan alat hidroponik sederhana yang bekerja mengalirkan air, oksigen dan nutrisi secara terus-menerus dengan ketebalan arus sekitar 2-3 mm. Tanaman disangga dengan sedemikian rupa sehingga akar tanaman menyentuh nutrisi yang diberikan. Alat dibuat miring dengan salah satu sisi lebih tinggi dari sisi lainnya yaitu sebesar 5% dari panjang alat agar arus dapat mengalir dengan lancar. Air dan nutrisi yang diberikan tidak akan terbuang percuma karena aliran airnya akan masuk ke bak penampung yang ada dibawahnya setelah itu dipompa kembali ke atas dan dialirkan lagi ke akar tanaman.
Pencegahan hama dan penyakit, walaupun budidaya dilakukan di dalam green house namun keterbatasan dan beberapa kekurangan seperti ketidak optimalan fungsi, memungkinkan munculnya serangan hama dan penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman, sehingga perlu adanya suatu tindakan pencegahan agar serangan tidak terhadi atau bahkan meluas. Yang terakhir mengenai jarak tanam, jarak tanam bisa mempengaruhi kelembaban di sekitar tanaman melalui budidaya NFT, jika tanaman terlalu lembab bisa menyebabkan kebusukan pada tanaman dan ketidak optimalan pertumbuhan, serta lebih mudah terjangkit hama penyakit dan lebih mudah memperluas jangkauan serangan sehingga memperluas tingkat kegagalan produksi yang diakibat oleh serangan hama dan penyakit.
Dalam berbudidaya tanaman akan mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan, hal ini bisa terjadi karena faktor internal tanaman juga faktor lingkungan (misalnya iklim mikro, serangan hama dan penyakit, suplai nutrisi, dan sebgainya).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan larutan nutrisi:
a. Unsur yang dibutuhkan tanaman
b. Konsentrasi larutan
c. Kepekatan larutan
d. Dosis
e. Suhu larutan
f. pH larutan


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1.    Hidroponik adalah pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media tanah dan mengambil unsur haranya mineral dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air.
2.    Sistem hidroponik terdapat dua jenis metode dalam penanaman hidroponik, yaitu media substrat dan media  non substrat.
3.    Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup, dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air.
4.    Salah satu sistem hidroponik non substrat yaitu NFT. Prinsip kerja dari metode NFT adalah mengalirkan air yang mengandung nutrisi secara terus menerus dan tetap menggenang dalam suatu lapisan yang tipis.

5.2 Saran
Untuk mendapatkan produksi yang baik, sebaiknya tanaman diperlakukan dengan perawatan yang tepat dan rutin, terutama dalam pemenuhan nutrisi dan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit yang bisa menurunkan produktivitas tanaman.


DAFTAR PUSTAKA

                                              
Arisworo, D dan Yusa. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IX. Jakarta : Grafindo.

Hani, A. 2009. Pengaruh Media Tanam Dan Empat Intensitas Naungan pada Pertumbuhan Bibit Khaya antotecha. Tekno Hutan Tanaman 2(3) : 99-105.

Harjoko, D. 2009. Studi Macam Media dan Debit Aliran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) secara Hidroponik NFT. Agrosains 11(2): 58-62.

Mas’ud, H. 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanaman Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng 2 (2) : 131–136.

Mikrajuddin, dkk, 2006. Ipa Terpadu SMP dan MTs untuk Kelas IX Semester 1. Jakarta : Esis.

Suprijadi, dkk. 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik Dengan Menggunakan Logika Fuzzy. Oto.Ktrl.Inst 1 (1): 31-35.

Tusi, A. 2013. Pengenalan Sistem Hidroponik.  http://agritusi.com/archives/323. diakses 19 februari 2013

Wachjar, A dan Rizkiana, A. 2013. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman. Agrohorti 1 (1) : 127 – 134.

Wariyono, S dan Yani, M. 2008. Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar 3Untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: CV Usaha Makmur.

Wijayanti, E dan Anas, D.S. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) secara Hidroponik dengan beberapa Komposisi Media Tanam. Agrohorti 1 (1) : 104 – 112.




No comments:

Post a Comment