UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM
HOLTIKULTURA
LAPORAN
PRAKTIKUM
NAMA :
JENI WIDYA R
KELAS
/ KEL : A
/ 3
ACARA : PEMBUATAN MEDIA CAIR DAN PADAT
UNTUK HIDROPONIK
TANGGAL
PRAKTIKUM : 14
MARET 2013
TANGGAL
PENYERAHAN : 28 MARET 2013
ASISTEN : 1.
LAILY ILMAN W.
2. NURHALIMAH
3. ARIS SUSANTO
4. RISKY MAULANA A.
5. ANNA SOFYANA
6. ENGGAR WELLY A.
7. RAHMAT KURNIAWAN
8. REKYAN LARASATI
9. DERIE KUSUMA B. N
10.
SITI NUR WAHYU T. N
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidroponik muncul sebagai alternatif pertanian lahan
terbatas. Sistem budidaya secara organik kini telah menampakkan hasil yang
cukup signifikan pada tingkat peneliti tetapi ditingkat petani masih terbatas
yang menerapkannya. Begitu juga penerapan budidaya secara hidroponik.
Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai
media tumbuhnya. Sistem hidroponik pun mempunyai kelemahan dalam pembiayaan
awal dan operasinya, sehingga hidroponik kurang berkembang dimasyarakat tani.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu alternatif
sistem budidaya pertanian pada lahan sempit dengan penggunaan kompos
dalam larutan hara hidroponik untuk mengurangi penggunaan larutan hara buatan
secara berlebihan. Di harapkan penggunaan larutan hara buatan menjadi berkurang
atau bahkan dihilangkan, sehingga didapatkan suatu sistem budidaya secara
hidroponik dengan menggunakan larutan hara alami.
Tanaman untuk tumbuh dan berkembang membutuhkan
media tanam. Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
tanaman, penopang tegaknya, sumber air, udara dan unsur-unsur hara. Fungsi
media tersebut dapat terpenuhi oleh media tanah. Selain media tanah, masih ada
media lain yang dapat dimanfaatkan, misalnya media arang sekam, akar pakis,
arang kayu, pecahan genting dan pasir. Berbeda dengan media tanah, media
tersebut kurang mampu menyediakan unsure-unsur hara. Pada pengunaannya sangat
memerlukan pemberian unsur hara
Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang
memanfaatkan air dan tanpa
menggunakan tanah sebagai
media tanam atau soilless. Teknik hidroponik banyak dilakukan dalam
skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat Indonesia.
Hidroponik adalah suatu cara pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah
sebagai media pertumbuhan. Jadi media tanah diganti dengan arang sekam/pasir.
Karena media yang digunakan bukan tanah, nutrisi yang diperlukan tanaman
berbentuk larutan. Tidak seperti media tanah yang memiliki unsur hara yang
berupa zat-zat penting bagi tumbuhan. Hidroponik memiliki keunggulan yaitu
tidak memerlukan lahan yang luas. Jadi tidak perlu berkeliling ladang yang luas
untuk perawatan dan panen. Hidroponik merupakan salah satu alternatif bagi petani
yang tidak memiliki lahan yang cukup untuk becocok tanam.
Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman
akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur
hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk
kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir
inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang
ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Media tanaman hidroponik dapat
berupa sekam bakar, cocopeat, pasir kerikil rockwool dan lan-lain. Cara menanam hidroponik dapat
dilakukan dimana saja contohnya di halaman rumah anda, wadahnya pun bisa
menggunakan apa saja pot, drum bekas, kaleng bekas cat atau bahkan botol
mineral bekas. Karena bercocok tanam dengan sistem
hidroponik memiliki banyak keuntungan. Salah satunya adalah kualitas tanaman
yang baik. Dengan meningkatnya kualitas tanaman
Keuntungan teknik hidroponik.
Untuk keperluan hiasan, pot dan tanaman akan selalu bersih
sehingga peletakan tanaman dalam ruangan akan lebih fleksibel. Sehingga untuk
mendisign interior ruangan rumah akan bisa lebih leluasa dalam menempatkan
pot-pot hidroponik. Bila tanaman yang digunakan adalah tanaman bunga, untuk
bunga tertentu bisa diatur warna yang dikehendaki, tergantung tingkat keasaman
dan basa larutan yang dipakai dalam pelarut nutrisinya.
1.2
Tujuan
Untuk
mengetahui dan memahami cara pembuatan media tanam non tanah dalam bentuk cair
dan padat untuk budidaya sistem hidroponik
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Media tanam adalah salah satu faktor
yang mendukung pertumbuhan agar tanaman dapat menerima unsur hara dan air
secara maksimal. Menurut Novizan dalam Hani (2009) menyatakan bahwa media yang baik adalah mempunyai
empat fungsi utama, yaitu memberi unsur hara dan sebagai media perakaran, menyediakan
air, dan tempat penampungan air, menyediakan udara untuk respirasi akar dan sebagai
tempat bertumbuhnya tanaman.
Salah satu sistem media tanam yang baik adalah
sistem hidroponik. Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan
pertumbuhan yang lebih terkontrol Sistem hidroponik banyak digunakan untuk
menanam tumbuhan hortikultura seperti tomat, paprika dan melon (Suprijadi, dkk.
2009). Hidroponik berasal dari kata hidro yang berarti air dan ponus yang berarti daya. Hidroponik
dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman dengan menggunakan media tanam
selain tanah dan memanfaatkan air untuk menyalurkan unsur hara yang dibutuhkan
ke setiap tanaman (Wachjar, 2013). Bercocok tanam secara hidroponik
tidak tergantung pada musim dan ketinggian tempat. (Arisworo dan Yusa, 2006)
Pada
awalnya sistem hidroponik identik dengan penanaman tanpa media tanah, akan
tetapi sesuai dengan perkembangan teknologi, hidroponik digunakan untuk
penumbuhan tanaman dengan mengontrol nutrisi tanaman sesuai dengan
kebutuhannya, salah satu metoda yang mulai banyak digunakan adalah nutrient
film technique yang merupakan sistem hidroponik tertutup, yang mana nutrisi aka
mengalir secara terus menerus atau dalam jangka waktu tertentu secara teratur.
Adapun teknik hidroponik terdiri dari teknik NFT (Nutrient Film Technic),
Ebb and Flow, Aeroponik, DFT (Deep Flow Technic), DFT
plus Aerator, Hidroponic Sifon dan Top Feeding merupakan
metode penyiraman dan metode tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman NFT (Nutrient
Film Technique) merupakan jenis hidroponik yang berbeda dengan hidroponik
substrat. Pada NFT, air bersirkulasi selama 24 jam terus menerus (atau
terputus). Sebagian akar terendam air dan sebagian lagi berada di atas
permukaan air Untung, 2000 (dalam Harjoko, 2009).
Menurut Sundstrom 1982 dalam Wijayanti (2013) dengan sistem
hidroponik dapat diatur kondisi lingkungannya seperti suhu, kelembaban relatif
dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali
dan serangan hama penyakit dapat diperkecil. teknik budidaya tanaman secara
hidroponik dapat dilakukan dengan menggunakan media (substrat) maupun tidak
menggunakan media, seperti halnya yang telah dikatakan oleh Wariyono dan
Yani (2008), Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi
menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi,
air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah.
Media yang dapat digunakan substrat ini antara lain batu apung, pasir, sertbuk
gergaji, sabut kelapa atau gambut. Metode yang tergolong berhasil dan mudah
diterapkan adalah metode pasir dan non subtrat yang menggunakan cair.
Dengan pengembangan teknologi, kombinasi
sistem hidroponik dengan membran mampu mendayagunakan air, nutrisi, pestisida
secara nyata lebih efisien (minimalis system) dibandingkan dengan kultur tanah
(terutama untuk tanaman berumur pendek) (Mas’ud, 2009). Tanaman juga
membutuhkan makanan untuk hidup. Di dalam sistem hidroponik menurut
Mikrajuddin, dkk (2006), Makanan tanaman yang ditanam secara hidroponik
diperoleh dari air yang mengandung zat-zat anorganik yang diberikan melalui
pipa-pipa air atau dengan cara disiramkan.
Adapun keunggulan-keunggulan menggunakan media tanam
secara hidroponik yaitu produksinya tidak tergantung musim, pemakaian air lebih
efisien, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti,
masalah hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi, harga jual komoditi lebih
tinggi dibandingkan dengan yang dibudidayakan secara tradisional di tanah,
serta dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas.
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum
Teknik Media Tanam pada acara 1, yaitu tentang pembuatan media cair dan padat
untuk hidroponik yang dilaksanakan pada hari Kamis,14 Maret 2012, pukul 09.30
sampai dengan selesai , di laboratorium holtikultura, Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1. Larutan nutrisi A, B Mix
2. Pupuk gandasil B
3. Pupuk NPK, urea, KCl dan SP-36
4. Arang Sekam dan pasir
3.2.2
Alat
1. Pot plastik
2. Pipa paralon
3. Gelas ukur
4. Cetok / alat pengaduk
5. Penggaris
3.3
Cara Kerja
1. Menyiapkan
media madat dengan formulasi dari arang sekam dan pasir steril dalam perbandingan
(50% : 50%) dan memasukan ke dalam pot plastik yang telah disediakan dengan berat total media 5 kg per pot.
2. Menyiapkan media cair hidroponik sistem NTF
dengan menggunakan bak atau talang paralon yang telah disediakan dengan vulume
air sesuai kebutuhan
3. Menyiapkan larutan nutrisi A B Mix dalam 30 liter
air
4. Menyiapkan pupuk NPK, urea, KCl dan Sp-36
5. Menyiapkan nutrisi Gandasil B,
Insektisida, dan fungisida
6. Menambahkan
masing-masing semua larutan nutrisi poin 3,4, dan 5 pada media padat dan media
cair yang telah disiapkan.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
-
4.2
Pembahasan
Hidroponik dapat
diartikan sebagai pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa
menggunakan media tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur haranya mineral
yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air. Salah satu sitem
hidroponik yaitu teknik hidroponik sistem NFT menggunkan sterofoam sebagai
tempat untuk meletakkan tanamannya dimana steroformnya diberi
lubang-lubang kecil sebagai tempat untuk memasukkan akar tanaman agar tergenang
pada larutan nutrisi, tanaman yang akan dimasukkan kedalam lubang diberi kapas
agar tanaman tidak tenggelam. Larutan nutrisi tersebut disirkulasikan dengan
bantuan aerator dan pompa.
Ada beberapa keuntungan
yang diyakini bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan
bertanam secara konvensional (bertanam biasa di tanah). Tanaman yang
dibudidayakan dengan hidroponik juga lebih mudah terhindar dari erosi dan
kekeringan. Dengan perawatan intensif, satu tanaman pada sistem hidroponik
dapat menghasilkan lebih banyak dari pada ditanam konvensional. Panen dengan
cara hidroponik juga terbilang lebih cepat dibandingkan dengan cara
konvensional, karena para petani tidak perlu waktu terlalu lama untuk menunggu
masa tanam atau masa panen. Hasil tanaman boleh di makan keseluruhannya, sebab akarnya
bebas dari kotoran dan penyakit
Ambil saja salah satu contoh, bertanam paprika secara
hidroponik. Pertama, produksi per tanaman lebih besar dan kualitas lebih baik.
Selain itu lahan dapat ditanami paprika sepanjang tahun, jika ditanam di tanah
harus ada rotasi tanaman. Kehilangan setelah panen lebih kecil dibandingkan
bertanam secara konvensional. Sementara harga lebih tinggi dan relatif konstan,
tidak mengenal musim.
Ada juga Kelemahan menggunakan sistem hidroponik yaitu daya
pengeluaran yang agak tinggi. jika penyakit-penyakit dalam sistem hidroponik
menyebar dengan cepat maka tanaman yang lain juga terkena penyakit. Maka dari
itu pemeriksaan harian diperlukan. Hidroponik lebih rumit daripada menanam
menggunakan tanah. Pada sistem hidoponik juga memerlukan bekalan kuasa yang
berkekalan dan tetap, kerana akar-akar pokok boleh kering dengan cepat jika pam
atau penyembur gagal berfungsi. Pada sistem hidroponik terdapat dua jenis
metode dalam penanaman hidroponik, yaitu media substrat dan media non substrat. Media substrat tidak
menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat yang dapat
menyerap air, oksigen, dan nutrisi.
Sistem
hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh
pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga
memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup, dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air.
Teknik:
- Memilih substrat yang sesuai
dengan tanaman yang akan dibudidayakan. Misalnya: arang sekam, pasir, pecahan
batu bata, serbuk gergaji.
- Bila menggunakan lebih dari
satu macam substrat, maka harus dilakukan perbandingan yang sesuai. Misalnya substrat pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1
- Memasukkan
substrat pada pot/polybag
- Menanam bibit
tanaman yang disediakan pada pot/polybag
- Merendam
pot/polybag tersebut sedalam ± 5 cm
- Membuat jenuh media substrat dan
memberi nutrisi.
- KOMPOS
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya
berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami,
sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai
media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu,
kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman dan memiliki kemampuan tukar kation pada tanah.
·
PASIR
Sifatnya yang cepat
kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah
cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Keunggulan media tanam pasir adalah
kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase
media tanam.
·
SERBUK GERGAJI
Serbuk gergaji untuk
memberikan dukungan mekanis untuk tanaman.
Salah satu sistem non substrat yaitu
NFT. Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam
hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse
Crops Research Institute, Littlehampton, Inggris pada akhir tahun 1960-an dan
berkembang pada awal 1970-an secara komersial.
Prinsip kerja dari
metode NFT adalah mengalirkan air yang mengandung nutrisi secara terus menerus
dan tetap menggenang dalam suatu lapisan yang tipis. Nantinya tanaman akan
menggantung pada styrofoam atau gabus dan akarnya akan menyentuh aliran air
nutrisi. Konsep dasar NFT ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar
tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga
tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Tanaman tumbuh dalam
lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan
nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa. Daerah perakaran
dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang
dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan
nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen
masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal.
Ada beberapa hal yang
berpengaruh dan perlu mendapat perhatuan dalam berbudidaya secara NFT, antara
lain sistem sirkulasi air yang mengandung nutrisi, pemberian nutrisi pada media
air, pencegahan terhadap hama dan penyakit, peletakan perakaran, dan kerapatan
jarak tanam. Sirkulasi air yang mengandung nutrisi sangat penting untuk
diperhatikan, karena jika air yang menggenang tidak terus dialirkan dalam suatu
sirkulasi, akan menyebabkan pengendapan nutrisi, jika hal ini terjadi maka akar
tanaman yang hanya menyentuh permukaan air (tidak sampai mendalam) akan hanya
menyerap air saja, mungkin juga dengan oksigen, tanpa menyerap nutrisi yang
mengendap dan berada di dasar bak penanaman sama sekali, karena akar kurang
dapat menjangkau nutrisi yang berada di dasar. Sehingga hal ini akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tanaman akan lambat dalam pertumbuhannya dan
tidak mampu berproduksi dengan baik. Pemberian nutrisi, sangat berpengaruh
terutama untuk tumbuh dan kembangbya tanaman yang dibudidaya, komposisi nutrisi
yang masih terkandung di dalam air dapat diketahui dengan melihat warna media
air, jika media air menggenang masih terlihat keruh berarti air masih mengandng
nutrisi yang cukup, sedangkan jika warnanya jernih maka menandakan nutrisinya
sudah mulai habis dan memerlukan asupan nutrisi lagi.
Beberapa keuntungan
pemakaian NFT antara lain : dapat memudahkan pengendalian daerah perakaran
tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah, keseragaman
nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman dapat diusahakan
beberapa kali dengan periode tanam yang pendek, sangat baik untuk pelaksanaan
penelitian dan eksperimen dengan variabel yang dapat terkontrol dan
memungkinkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dengan high planting
density. Namun NFT mempunyai beberapa kelemahan seperti investasi dan biaya
perawatan yang mahal, sangat tergantung terhadap energi listrik dan penyakit
yang menjangkiti tanaman akan dengan cepat menular ke tanaman lain.
NFT merupakan alat hidroponik sederhana yang bekerja
mengalirkan air, oksigen dan nutrisi secara terus-menerus dengan ketebalan arus
sekitar 2-3 mm. Tanaman disangga dengan sedemikian rupa sehingga akar tanaman
menyentuh nutrisi yang diberikan. Alat dibuat miring dengan salah satu sisi
lebih tinggi dari sisi lainnya yaitu sebesar 5% dari panjang alat agar arus
dapat mengalir dengan lancar. Air dan nutrisi yang diberikan tidak akan
terbuang percuma karena aliran airnya akan masuk ke bak penampung yang ada
dibawahnya setelah itu dipompa kembali ke atas dan dialirkan lagi ke akar
tanaman.
Pencegahan hama dan
penyakit, walaupun budidaya dilakukan di dalam green house namun keterbatasan
dan beberapa kekurangan seperti ketidak optimalan fungsi, memungkinkan
munculnya serangan hama dan penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman,
sehingga perlu adanya suatu tindakan pencegahan agar serangan tidak terhadi
atau bahkan meluas. Yang terakhir mengenai jarak tanam, jarak tanam bisa
mempengaruhi kelembaban di sekitar tanaman melalui budidaya NFT, jika tanaman
terlalu lembab bisa menyebabkan kebusukan pada tanaman dan ketidak optimalan
pertumbuhan, serta lebih mudah terjangkit hama penyakit dan lebih mudah
memperluas jangkauan serangan sehingga memperluas tingkat kegagalan produksi
yang diakibat oleh serangan hama dan penyakit.
Dalam berbudidaya
tanaman akan mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan, hal ini bisa
terjadi karena faktor internal tanaman juga faktor lingkungan (misalnya iklim
mikro, serangan hama dan penyakit, suplai nutrisi, dan sebgainya).
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan larutan nutrisi:
a. Unsur yang dibutuhkan tanaman
b. Konsentrasi larutan
c. Kepekatan larutan
d. Dosis
e. Suhu larutan
f. pH larutan
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hidroponik
adalah pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media
tanah dan mengambil unsur haranya mineral dari larutan nutrisi yang dilarutkan
dalam air.
2. Sistem
hidroponik terdapat dua jenis metode dalam penanaman hidroponik, yaitu media
substrat dan media non substrat.
3.
Sistem hidroponik
substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh
pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga
memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup, dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air.
4. Salah
satu sistem hidroponik non substrat yaitu NFT. Prinsip kerja dari metode NFT
adalah mengalirkan air yang mengandung nutrisi secara terus menerus dan tetap
menggenang dalam suatu lapisan yang tipis.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan produksi yang baik,
sebaiknya tanaman diperlakukan dengan perawatan yang tepat dan rutin, terutama
dalam pemenuhan nutrisi dan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit yang
bisa menurunkan produktivitas tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Arisworo, D dan Yusa. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IX.
Jakarta : Grafindo.
Hani, A. 2009.
Pengaruh Media Tanam Dan Empat Intensitas Naungan pada Pertumbuhan Bibit Khaya antotecha. Tekno Hutan Tanaman
2(3) : 99-105.
Harjoko, D.
2009. Studi Macam Media dan Debit Aliran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Sawi (Brassica juncea L.) secara
Hidroponik NFT. Agrosains
11(2): 58-62.
Mas’ud, H. 2009.
Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanaman Berbeda terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng 2 (2) : 131–136.
Mikrajuddin,
dkk, 2006. Ipa Terpadu SMP dan MTs untuk
Kelas IX Semester 1. Jakarta : Esis.
Suprijadi, dkk.
2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik Dengan Menggunakan Logika Fuzzy. Oto.Ktrl.Inst 1 (1): 31-35.
Tusi, A. 2013.
Pengenalan Sistem Hidroponik. http://agritusi.com/archives/323. diakses 19 februari 2013
Wachjar, A dan Rizkiana, A. 2013. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi
Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada Teknik
Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman. Agrohorti 1 (1) : 127 – 134.
Wariyono, S dan
Yani, M. 2008. Mari Belajar Ilmu Alam
Sekitar 3Untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: CV Usaha Makmur.
Wijayanti, E dan
Anas, D.S. 2013. Pertumbuhan dan
Produksi Dua Varietas Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) secara Hidroponik dengan beberapa
Komposisi Media Tanam. Agrohorti 1
(1) : 104 – 112.
No comments:
Post a Comment